KIMIA DASAR "LARUTAN"

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN








                                                              Oleh :
NAMA                              : LINDA APRILIANI
NIM                                   : 1610716120003
KELOMPOK                   : VI (ENAM)
ASISTEN                         : RIZKY FADLIANI










KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU

2017




KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga praktikan dapat menyusun laporan Kimia Dasar dengan judul “Larutan” guna menambah ilmu pengetahuan bagi praktikan sendiri dan orang banyak serta dapat juga agar dijadikan sebagai bahan referensi dalam mengerjakan tugas mata kuliah lain yang berhubungan dengan laporan ini.
            Pada kesempatan ini praktikan mengucapkan terima kasih kepada seluruh Dosen dan Asisten yang telah membimbing dan memberikan petunjuk kepada praktikan dalam melaksanakan kegiatan praktikum serta semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu praktikan menyelesaikan laporan ini.
            Praktikan menyadari bahwa dalam laporan praktikum Kimia Dasar ini masih belum sempurna untuk itu praktikan sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Dosen Pembimbing serta kakak-kakak asisten guna perbaikan dari Laporan Praktikum ini.
            Sekian pengantar dari praktikan semoga Laporan Kimia Dasar ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan Laporan Praktikum Kimia Dasar ini agar dapat dimaklumi karena kekurangan berasal dari praktikan sendiri dan segala kesempurnaan berasal dari Allah SWT.

                                                                                    Banjarbaru,   Maret 2017
                                                                                                Praktikan





DAFTAR ISI
         Halaman
KATAPENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL....................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2.Tujuan Praktikum.......................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 3
BAB III. METODE PRAKTIKUM............................................................................. 5
         3.1. Waktu dan Tempat........................................................................................ 5
         3.2. Alat dan Bahan............................................................................................. 5
         3.3. Prosedur Kerja.............................................................................................. 6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 7
         4.1 Hasil............................................................................................................... 7
         4.2 Pembahasan................................................................................................. 14
BAB V. PENUTUP.................................................................................................... 17
         5.1 Kesimpulan.................................................................................................. 17
         5.2 Saran............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA


DAFTAR TABEL

Nomor                                                                                                                  Halaman
4.1.1  Kelarutan Kristal Kalium Permanganate...........................................             5
4.1.2. Kelarutan Kristal Iod.........................................................................             5
4.1.3. Pencampuran......................................................................................             6
4.1.4. Kecepatan Larutan.............................................................................             6
4.1.5. Konsentrasi Larutan Kalium Dikromat.............................................             6


BAB 1. PENDAHULUAN
Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi merupakan kuantitas relatif suatu zat tertentu didalam larutan. Konsentrasi merupakan ukuran yang menggambarkan banyaknya

zat di dalam suatu campuran dua larutan atau lebih. Larutan yang mengandung sebagian besar solute relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Bila mengandung sejumlah kecil solute, maka konsentrasinya rendah atau encer. Konsentrasi larutan dalam kimia dapat dinyatakan dalam molalitas, normalitas, persen massa, persen volume, persen berat per volume atau parts per million.

Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut,  temperature dan tekanan.
Larutan yang saling melarutkan adalah campuran dua larutan polar atau dua larutan non polar yang membentuk larutan satu fase homogen. Larutan yang tidak melarutkan adalah campuran dari dua zat cair polar dan non polar membentuk dua fase.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan bukan pada jenis zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan dibedakan untuk larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Hal ini  dikarenakan kemampuan elektrolit untuk terionisasi/terdisosiasi membentuk ion-ion di dalam larutan, menyebabkan jumlah partikel zat terlarutnya menjadi lebih besar.
Pembuatan larutan banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saat kita membuat situp, kita menambahkan gula ke dalam air dan kemudian menambahkan sirup serta mengaduknya. Air sirup tersebut terasa sangat manis di lidah kita, kemudian kita menambahkan air lagi ke dalamnya. Air sirup yang tadinya kental atau pekat dan manis sekali menjadi lebih encer dan rasa manisnya sedang. Itu semua adalah contoh kegiatan dalam pembuatan larutan. Mencampurkan air, sirup dan gula merupakan contoh pembuatan larutan dan campuran itu disebut larutan sedangkan penambahan air ke dalam air teh yang manis dinamakan pengenceran.

Sifat dari suatu larutan ditentukan oleh jenis dan jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Sebagai contoh, rasa asin dari larutan garam bertambah seiring bertambahnya jumlah partikel garam yang larut, demikian pula rasa manis dari larutan gula akan bertambah seiring bertambahnya jumlah partikel  gula yang larut.

Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat terlarut untuk dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan sifat kimia zat terarut dan pelarut pada suhu, tekanan, dan pH larutan. Secara luas, kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit zat terkarut pada pelarut smpai zat terlarut tersebut mengendap (tidak dapat larut lagi).


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA




Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahan. Unsur dan senyawa adalah zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia. Sifat fisik dan kimia untuk mengetahui ciri suatu senyawa kita perlu mengetahui sifat-sifat fisiknya yang dapat diamati tanpa merubah identitasnya dan sifat-sifat kimia yang dapat ditunjukanya perubahankimia (Chang, 2003).
Larutan ialah campuran serba sama (homogen) antara dua zat atau lebih. Di dalam larutan terdapat pelarut dan zat terlarut. Pelarut ialah bagian dari larutan yang jumlahnya banyak, sedangkan zat terlarut ialah bagian dari larutan yang jumlahnya sedikit. Misalnya larutan gula, pelarutnya adalah air dan zat terlarut adalah gula (Syarifudin, 2002).
            Larutan merupakan campuran serba sama antara dua komponen yaitu komponen pelarut dan komponen terlarut. Peranan larutan sangat besar karena umumnya bahan kimia yang akan direaksikan berwujud cairan atau dalam bentuk larutannya untuk membuat larutan diperlukan teknik atau cara yang benar agar pekerjaan ini dapat dilakukan lebih cepat dan aman (Day, 2002).
Senyawa ion terdiri atas ion positif dan ion negatif. Bentuk padatan atau kristal ion-ion tidak dapat bergerak dengan bebas melainkan diam pada tempatnya. Hal ini menyebabkan senyawa ion dalam bentuk padatan tidak dapat menghantarkan listrik. Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian bersama elektron-elektron oleh dua atom. Ikatan kovalen dibagi menjadi dua yaitu ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen non polar. Senyawa kovalen juga menghasilkan ion positif dan negatif. Senyawa kovalen yang dapat menghantarkan listrik adalah senyawa kovalen polar karena senyawa ini memiliki beda keelektronegatifan yang cukup besar. Berbeda sengan senyawa kovalen polar, senyawa kovalen non polar tidak dapat menghantarkan listrik karena tidak ada beda potensial yang cukup besar untuk memutuskan ikatan-ikatan molekul (Syarifudin, 2002).
Zat cair yang larut satu sama lain disebut saling bercampur. Istilah like dissolves like adalah senyawa ion dan polar larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam senyawa non polar. Atas asas umum like dissolves like akan menentukan saling bercampur. Bila kedua zat cair mempunyai ikatan polar akan saling melarut. Dua zat cair yang non polar juga larut sama satu sama lain tetapi zat cair polar dengan zat cair non polar tidak saling bercampur karena terjadi tolak-menolak satu sama lain dan akan terpisah jadi dua lapisan. Proses pelarutan merupakan aksi dua antara pelarut dengan partikel zat terlarut. Kecepatan larutan tentu tergantung pada kecepatan pelarut meneyerang zat terlarut (Penuntun Praktikum, 2017).
            Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Menyatakan kepekaan atau konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya. Satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan suatu larutan adalah molaritas, persen massa, persen volume dan lain sebagainya (Hardjono, 2005).
     Pencampuran diartikan sebagai suatu proses menghimpun dan membaurkan bahan-bahan. Proses utama pada pencampuran adalah penyisipan antar artikel jenis yang satu di antara partikel jenis lain. Dalam hal ini diperlukan gaya mekanik untuk menggerakkan alat pencampuran supaya pencampuran dapat berlangsung dengan baik (Handayani, 2012).


BAB  3.  METODE PRAKTIKUM


3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum Kimia Dasar dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 21 Maret 2016 pada pukul 16.00-17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Dasar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.


3.2.Alat dan Bahan
Alat yang dipergunakan dalam praktikum adalah :

1.    Rak tabung reaksi
2.    Gelas pengaduk
3.    Lumpang dan alu
4.    Tabung reaksi
5.    Cawan penguap
6.    Gelas piala 250 ml
7.    Pipet ukur
8.    Botol semprot
9.    Bola karet pipet
11. Spatula
12.Tang krus
13.Erlenmeyer
14.Bunsen
15.Hot plet


Bahan yang digunakan dalam praktikum :

1.      Kalium Permanganate
2.      Kristal Iod            
3.      Khloroform
4.      Larutan sampel Kalium Dikromat
5.      Garam dapur, NaCl
6.     Air
7.      Petroleum Benzen
8.      Aseton
9.      Aquades
10. Etaonol


 3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
A. Pelarut dan Zat Terlarut Polar Dan Nonpolar :
1.  Kelarutan
1.    Menempatkan 6 tabung reaksi kering dalam rak.
2.    Memasukkan ke dalam 3 tabung masing-masing 2 ml air, petroleum benzen dan khloroform.
3.    Menjatuhkan 1 kristal Kalium permanganate ke dalam masing-masing tabung reaksi, kemudian kocok.
4.    Mengamati  Kristal tersebut larut atau tidak larut.
5.    Mengulangi percobaan seperti di atas dengan menggunakan Kristal iod.
2.  Pencampuran
1.    Memasukkan 2 ml air ke dalam 3 buah tabung reaksi.
2.    Menambahkan 2 ml ethanol ke tabung reaksi pertama, petroleum benzen ke tabung reaksi kedua dan aseton ke tabung ke tiga.
3.    Kocok dan mengamati apakah cairan saling bercampur atau tidak.
B. Kecepatan kelarutan
Isi gelas piala sepertiganya dengan air suling. Isi 3 buah tabung reaksi sampai setengahnya dengan air suling, masukkan tabung reaksi ke dalam gelas piala yang berisi air. Panaskan gelas piala sampai airnya mendidih,kemudian matikan api. Pilih 4 butir kristal garam dapur ukuran hampir sama.
1.    Mengisi tabung reaksi ke empat dengan air suling. Memasukkan sebutir garam di atas, mencatat waktu sampai kristal larut.
2.    Memasukkan sebutir kristal garam ke dalam salah satu tabung reaksi dalam pengangas air, mencatat waktu sampai kristal larut.
3.    Memasukkan sebutir kristal garam lagi ke tabung lain dalam pengangas air,
4.    Menggiling kristal dengan lumpang, memasukkan bubuk garam ke tabung reaksi yang satulagidalam pengangas, mengaduk dan mencatat waktu sampai larut.
C. Konsentrasi larutan Kalium Dikromat
1.    Menimbang cawan penguap yang bersih dan kering.
2.    Membilas pipet dengan larutan kalium dikromat, kemudian pipet 10 ml larutan kalium dikromat ke cawan penguap. menimbang kembali cawan bersama lainnnya.
3.    Mengeringkan larutan di atas pengangas air (Bunsen).
4.    Setelah kering lap cawan sampai kering. Memanaskan di atas Bunsen sambil memegang cawan dengan tang kurs. Mendinginkan dan menimbang.
5.    Menghitung konsentrasi persen dan kemolaran larutan.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang di dapat dari praktikum ini sebagai berikut :
a. Kelarutan
Tabel 4.1.1. Larutan Kristal Kalium Permanganate
No.
Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
1.
Aquades
2 ml
-
-
2.
Petroleum benzene
-
2 ml
-
3.
Kloroform
-
-
2 ml
4.
1 kristal kalium peramanganat
+
+
+
5.
Kristal larut/tidak setelah dikocok.
Larut (ungu)
Larut (ungu)
Tidak larut

Tabel 4.1.2. Larutan Kristal Iod
No.
Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
1.
Aquades
2 ml
-
-
2.
Petroleum benzene
-
2 ml
-
3.
Kloroform
-
-
2 ml
4.
1 kristal iod
+
+
+
5.
Kristal larut/tidak setelah dikocok.
Tidak Larut
Tidak Larut
Larut
b. Pencampuran
Tabel 4.1.3. Pencampuran
No.
Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
1.
Aquades
2 ml
-
-
2.
Petroleum benzene
-
2 ml
-
3.
Kloroform
-
-
2 ml
4.
Aseton
+
+
+
5.
Cairan saling bercampur/tidak bercampur, setelah dikocok.
Tidak bercampur
Saling  bercampur
Tidak bercampur

c. Kecepatan Kelarutan
Tabel 4.1.4. KecepatanKelarutanKristal Garam
No.
Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
1.
Dipanaskan
3 ml
3 ml
3 ml
-
2.
Tidak dipanaskan
-
-
-
3 ml
3.
1 butir kristal garam
-
+ (aduk terus menerus)
-
+
4.
Kristal garam yang dihaluskan
+
-
+(aduk)
-
5.
Waktu sampai Kristal larut (detik)
16 menit
2 detik
1 menit
1,9 detik
15 menit
2 detik

d. Konsentrasi Larutan Kalium Dikromat
Tabel 4.1.5. Konsentrasi Larutan Kalium Dikromat
No.
Berat cawan penguap kering
Berat cawan + kalium dikromat (g)
Massa Kalium dikromat dalam 5 ml (g)
Berat cawan setelah diuapkan
Massa kalium dikromat yang tersisa di cawan (g)
1.
47,6 gram
53, 7 gram
6,1 gram
47,9 gram
0,3 gram

Menghitung persen massa :
Menghitung konsentrasi persen massa dan kemolaran larutan :
Diketahui : Massa zat terlarut = 47,9 gram – 47,6 gram = 0,3 gram
                     Massa larutan     = 6,1 gram                    
% massa =  x 100%
% massa = 
% massa = 0,049 x 100 %
% massa = 4,9%
Sedangkan untuk melihat konsentrasi molar didapat :
                               M =
M =
M = 0,167 M = 0,17 M

4.2. Pembahasan
            Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan ternyata pada tabel 4.1.1. kelarutan dengan kristal kalium permanganate pada tabung satu dimasukkan 2 ml air dan 1 kristal kalium permanganate setelah di kocok hasilnya adalah kalium permanganate larut dalam air. Hal tersebut terjadi dikarenakan kalium permanganate memiliki sifat yang mudah larut dalam air sehingga pada percobaan di tabung pertama kalium permanganate adalah larutan. Kalium permanganate adalah salah satu senyawa polar yang dapat larut dalam pelarut senyawa polar juga yang dalam hal ini adalah air. Tabung dua dimasukkan petroleum benzene sebanyak 2 ml dan kristal kalium permanganate setelah dikocok hasilnya larut sedangkan pada tabung tiga yang berisi campuran dari 2 ml kloroform dan 1 ml kristal kalium permanganate hasilnya tidak larut. Hal tersbut terjadi karena kalium permanganate ini hanya mudah larut dalam aseton, metanol, dalam air dingin dan air panas serta larut dalam asam sulfat. Tabung ketiga, kristal kalium permanganate yang dilarutkan di dalam kloroform hasilnya adalah tidak larut. Ini terjadi karena kloroform merupakan pelarut nonpolar yang tidak bisa melarutkan senyawa polar berupa kalium permanganate. Kloroform tidak dapat larut dalam air tetapi merupakan pelarut efektif untuk senyawa organik.
            Sedangkan percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan ternyata pada tabel 4.1.2. kelarutan dengan kristal iod pada tabung pertama yang berisi 2 ml air dan dilarutkan kristal iod setelah dikocok hasilnya adalah kristal tidak larut. Tabung kedua beirisi 2 ml petroleum benzene dan kristal iod hasilnya setelah di kocok adalah kristal tidak larut. Hasil dari percobaan ketiga tabung tersebut diketahui bahwa kristal iod hanya bisa larut dengan kloroform. Kloroform merupakan pelarut ideal sedangkan kalium permanganate adalah senyawa polar dan tidak bisa larut dalam senyawa non polar yang dalam hal ini adalah kristal iod sehingga kloroform hanya bisa larut dalam pelarut senyawa polar atau larut dalam air.
            Jadi, kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat terlarut untuk dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan sifat kimia zat terlarut serta pelarut pada suhu, tekanan dan pH larutan. Larutan jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi dibawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk kejenuhan sempurna pada suhu tertentu. Pelarut polar melarutkan zat. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik danzat polar lain.
            Percobaan pada proses pencampuran yang dilakukan yaitu tabung reaksi pertama di isi aquades 2 ml setelah itu ditambahkan etanol sebanyak 2 ml lalu kocok tabung reaksi dan hasilnya larutan tidak tercampur. Ini karena massa jenis aquades dan etanol berbeda, massa jenis etanol lebih kecil dibanding massa jenis air sehingga kedua zat tidak bercampur.
Pada tabung reaksi kedua diberikan aquades sebanyak 2 ml lalu ditambahkan zat petroleum benzene sebanyak 2 ml dan setelah itu di kocok. Hasil yang didapat dari kedua pencampuran tersebut ialah kedua zat bercampur. Ini terjadi karena senyawa petroleum benzene merupakan senyawa polar dimana aquades juga merupakan pelarut polar sehingga kedua zat tersebut bercampur. Penambahan aquades 2 ml pada tabung reaksi ketiga dengan aseton 2 ml menghasilkan larutan yang tidak bercampur. Ini terjadi karena massa jenis aseton lebih kecil daripada massa jenis aquades.
Proses pencampuran adalah mencampur larutan pekat dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Kegiatan pengenceran dan pencampuran selalu terjadi di laboratorium.
            Pada tabel 4.1.4 percobaan kecepatan kelarutan yang dilakukan pada empat tabung. Tabung pertama, kedua, ketiga ditambahkan aquades sebanyak 3 ml kemudian tiga tabung tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala yang di dalamnya sudah diisi dengan aquades sepertiganya. Gelas piala selanjutnya dipanaskan sampai mendidih. Tabung ke empat ditambahkan aquades sebanyak 3 ml namun tidak dipanaskan seperti halnya tabung pertama sampai tabung ketiga. Tambahkan 1 butir kristal garam dengan ukuran yang hampir sama kedalam masing-masing tabung.
            Tabung pertama pada percobaan hanya ditambahkan kristal garam tanpa diberi perlakuan selanjutnyasetelah didiamkan ternyata kecepatan waktu adalah 16 menit 2 detik. Tabung kedua pada percobaan di tambahkan kristal garam, tabung kedua diberi perlakuan dengan menempatkan tabung diatas pemanas sambil diaduk terus-menerus. Hasilnya ialah kristal garam larut lebih cepat daripada tabung pertama dengan catatan waktu 1 menit. Tabung ketiga dipanaskan lalu ditambahkan 1 butir kristal garam yang sebelumnya dihaluskan terlebih dahulu menggunakan lumpang dan alu, setalah itu aduk terus-menerus campuran antara kristal garam dan aquades. Hasil dari tabung ketiga ialah kristal garam larut lebih cepat daripada tabung pertama dan tabung kedua dengan catatan waktu 1,9 detik. Tabung keempat ditambahkan aquades sebanyak 3 ml dan tambahkan kistal garam tanpa dilakukan tindakan apapun dan hasilnya adalah kecepatan larutan selama 15 menit 2 detik.
            Percobaan telah dilakukan dan bisa dilihat bahwa larutan yang paling cepat larut yakni pada tabung ketiga lalu tabung kedua dan terakhir pada tabung keempat. Kecepatan larutan paling tinggi terjadi pada tabung ketiga ini dikarenakan kristal garam yang telah dihaluskan terlebih dahulu dan aquades yang digunakan juga telah dipanaskan sebelumnya lalu dilakukan pengadukan sehingga kecepatan waktu yang didapat untuk melarutkan kristal garam hanya berlangsung 1,9 detik. Hal ini sesuai dengan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan kelarutan yaitu :
1. Ukuran zat terlarut
            Zat terlarut dengan ukuran kecil (serbuk) lebih mudah larut dibandingkan dengan zat terlarut berukuran besar. Zat terlarut yang berbentuk serbuk, permukaan sentuh antara zat terlarut dengan pelarut semakin banyak. Akibat dari hal tersebut zat terlarut berbentuk serbuk lebih cepat larut daripada zat terlarut berukuran besar.
2. Suhu
            Pemanasan larutan dapat mempercepat larutnya zat terlarut. Pelarut dengan suhu tinggi akan lebih cepat melarutkan zat terlarut dibanding pelarut dengan suhu yang rendah. Saat pemanasan dilakukan partikel pada suhu tinggi bergerak lebih cepat dibanding partikel suhu rendah. Kontak antara zat terlarut dengan zat pelarut menjadi lebih efektif. Hal ini menyebabkan suatu zat terlarut mudah larut pada suhu tinggi.
3. Pengadukan
            Pengadukan menyebabkan partikel-partikel antara zat terlarut dengan pelarut akan semakin sering untuk bertabrakan sehingga menyebabkan proses pelarutan menjadi semakin cepat.
4. Volume pelarut
Volume pelarut yang besar akan lebih mudah melarutkan zat terlarut. Semakin banyak volume pelarut maka proses kelarutan akan semakin cepat.
Pada percobaan dan pengamatan konsentrasi larutan kalium dikromat yaitu dilakukan dengan cara menimbang cawan penguap terlebih dahulu dengan berat cawan yaitu 47, 6 gram. Bilas pipet dengan larutan kalium dikromat agar pipet netral kembali kemudian masukkan 5 ml larutan kalium dikromat ke cawan penguap. Cawan yang telah diisi kalium dikromat ditimbang kembali dan didapat hasil seberat 53,7 gram.
Setelah cawan ditimbang, keringkan larutan di atas pengangas air. Lap cawan penguap sampai benar-benar kering lalu panaskan cawan diatas bunsen sambil memegang cawan dengan tang krus. Setelah cawan dingin dan diuapkan lalu timbang kembali cawan tersebut dan dari penimbangan ini angka menunjukkan 47,9 gram. Menghitung massa Kalium Dikromat dengan cara menghitung selisih antara massa cawan kering dengan massa cawan yang telah diuapkan maka di dapat 0,3 gram massa kalium dikromat yang tersisa di dalam cawan.
Menghitung konsentrasi persen kalium dikromat dan kemolaran larutan menggunakan rumus :
% massa =  x 100%
% massa = 
% massa = 0,49 x 100 %
% massa = 4,9%
Sedangkan untuk konsentrasi molar di dapat sebagi berikut :
              M =
M =
M = 0,167 M = 0,17 M


BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktium yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Senyawa ion terdiri atas ion positif dan ion negatif. Bentuk padatan atau kristal ion-ion tidak dapat bergerak dengan bebas melainkan diam pada tempatnya. Hal ini menyebabkan senyawa ion dalam bentuk padatan tidak dapat menghantarkan listrik sedangkan senyawa kovalen juga menghasilkan ion positif dan negatif. Senyawa kovalen yang dapat menghantarkan listrik adalah senyawa kovalen polar karena senyawa ini memiliki beda keelektronegatifan yang cukup besar. Berbeda sengan senyawa kovalen polar, senyawa kovalen non polar tidak dapat menghantarkan listrik karena tidak ada beda potensial yang cukup besar untuk memutuskan ikatan-ikatan molekul.
2. Pencampuran aquades dengan berbagai pelarut memiliki hasil yang berbeda-beda. Saat aquades ditambahkan kristal permanganate menghasilkan larutan berwarna ungu, berarti kristal permanganate adalah senyawa polar sedangkan saat aquades ditambahkan kristal iod dan aseton hasilnya tidak bercampur maka senyawa tersebut non polar. Senyawa polar adalah senyawa yang dapat larut dalam aquades dan senyawa non polar tidak dapat larut dalam aquades.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan kelarutan ialah suhu, volume, ukuran zat terlarut dan pengadukan.
4. Persen massa dapat diketahui dengan menghitung melalui rumus berikut :
            % massa =  x 100%

     Sedangkan konsentrasi molar larutan sampel dapat diketahui dengan menghitung rumus berikut :
                   M =
5. Cara memipet larutan ialah dengan mengempiskan bola karet lalu masukkan pipet pada tabung reaksi sampai ujung pipet tenggelam didalamnya, tekan tombol tertentu untuk memasukkan larutan dan selanjutnya pindahkan pipet ke tabung reaksi yang lain, tempatkan ujung pipet pada dinding tabung reaksi lalu tekan tombol tertentu untuk mengeluarkan larutan dari dalam pipet.
     Cara menguapkan larutan ialah dengan menambahkan kristal kalium permanganate kedalam cawan penguap lalu tempatkan cawan diatas gelas piala yang telah berada diatas hotplate dengan berisi air mendidih, tunggu sampai kristal kalium dikromat kering setelah itu timbang cawan penguap.
5.2. Saran
            Disarankan kepada praktikan agar lebih memperhatikan saat melakukan praktikum sehingga mengerti dengan materi praktikum yang dilakukan serta mengulangi percobaan yang dilakukan agar hasil yang di dapat lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2003. Kimia dasar : Konsep-Konsep Inti.Erlangga. Jakarta.

Day, R.A dkk. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Handayani. 2012. Teknik Pencampuran Bahan Padat-Cair Berbasis Pengadukan dalam Sediaan Farmasi. Farmasi Fkik Unsoed. Purwakerto.

Hardjono, S. 2005. Kimia Dasar. UGM Press. Yogyakarta.

Syarifudin. 2002. Inti Sari Kimia. Scientific Press. Tangerang.

Tim Pengajar Mata Kuliah Kimia Dasar. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.




Komentar