iktiologi



BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA
Ikan adalah makhluk hidup yang hidup di dalam air dan berdarah dingin, artinya panas suhu pada badannya mengikuti panasnya air dimana ikan itu berada. Ikan di dalam air bernapas terutama dengan mengisap hawa dari air dengan menggunakan insang yang terdapat pada bagian kiri dan kanan kepalanya. Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologi yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungannya (Fujaya, 2004).
Ikan adalah hewan yang seumur hidupnya berenang atau beruaya di dalam air (baik air laut, air payau, mauppun air tawar). Fakta juga menunjukkan bahwa ikan tersebut beragam, baik dalam ukuran (besar, kecil, sedang, panjang, dan pendek), dalam bentuk (bulat, pipih, torpedo, dan sebagainya), warna (putih cerah, kelabu, hitam, warna-warni), habitat (perairan laut, payau, dan tawar), maupun perlengkapan tubuh dan sebagainya (Hisbi, 2017).
Klasifikasi ikan biji nangka (Upeneus moluccensis) menurut Saanin :
Ordo                : percomorphi
Sub-ordo         : perciodea
Divisi              : perchiformes
Sub-divisi       : carangi
Familia            : mullidae
Genus              : upeneus
Spesies            : Upeneus moluccensis
            Ikan biiji nangka memiliki ciri bergigi pada langit-langit dan tulang mata bajak. Sebagian dari mata terleta di pertengahan kepala (Saanin, 1984).
Ikan biji nangka (Upeneus moluccensis) termasuk ke dalam jenis ikan demersial dan sebagai ikan konsumsi, ikan ini bernilai ekonomis dibandingkan beberapa sebagai bahan baku pakan dalam budidaya udang dan ikan. Ikan biji nangka ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang. Kedalaman optimal habitat ikan biji nangka berkisar 40-60 m. Genus Upeneus umumnya tertangkap di perairan yang dangkal (10-39) m, meskipun tertangkap juga pada kedalaman antara 100-159 m dan 190-300 (Sjafei, 2001).
Ikan biji nangka (Upeneus moluccensis) di perairan Selat Sunda mulai mengalami tekanan penangkapan. Hal ini terlihat dari laju eksploitasi yang telah melebihi laju eksploitasi optimumnya. Penggunaan alat tangkap yang tidak selektif juga menyebabkan ikan dengan ukuran kecil serta ikan yang belum matang gonad ikut tertangkap (Amalia, 2104).
Ikan Biji Nangka memiliki tulang preorbital 3/4  bidang antara bibir dan mata, sirip dubur memiliki 3 duri dan 9 jari-jari, 11 baris sisik melintang badan, dan 27-32 deret sisik sepanjang sisi bada (Kottelat, 1993).
Menurut penelitian, pada lambung ikan biji nangka (Upenenus moluccensis) ditemukan udang-udangan, ikan kecil, detritus, polychaeta, moluska, Nitzchia sp, ceratium sp, dan copepoda. Panjang usus ikan biji nangka berkisar antara 62-114 mm dan perbandungan panjang usus dengan panjang baku berada pada kisaran 0,72-1,16. Menurut Bond (1979) di dalam Sjafei (2001), bahwa ikan yang memiliki kisaran perbandingan panjang usus dengan panjang baku 0,72-1,16 adalah ikan karnivor (Susilawati, dkk, 2001).
Pekerjaan koleksi ikan sering diperlukan dalam berbagai pengawet ikan yang biasa digunakan adalah formalin 4%. Untuk ikan yang lebih besar dipergunakan konsentrasi yang lebih tinggi misalnya 5% dan untuk ikan  yang lebih kecil dapat dipergunakan konsentrasi yang lebih rendah misalnya 2 %–3 %. Ikan yang lebih besar dari 50 cm sebelum diawetkan dalam formalin, terlebih dahulu sisi perut sebelah kanan dituris dengan pisau agar bahan pengawet lebih mudah masuk kedalam rongga perut (Effendi, 2002).
Perdagangan internasional, hasil perikanan dalam pelabelan tidak hanya sekedar nama yang benar dari spesies ikan yang bersangkutan tetapi bahkan semakin dituntut dan pengolahan cara dalam label, kemudian adalah perlunya pencantuman asal negara ataupun cara perolehan (budidaya tangkap) dan ramah lingkungan (Baharuddin 2006).
Pekerjaan koleksi ikan siperlukan dalam berbagai maksud misalnya penelitian, pengumpulan contoh untuk komunikasi antar lembaga. Pengalaman koleksi ikan perlu diadakan pada mahasiswa sebagai bagian dari rangkai kuliah di Fakultas Perikanan dan Kelautan. Koleksi ikan yang telah dilakukan perlu dilengkapi dengan keterangan sehingga berguna untuk masa akan datang, baik bagi kolektornya maupun orang lain (Tim MK, 2017).



BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Iktiologi dengan judul “Koleksi Ikan : Pengumpulan, Pengawetan dan Pelabelan Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis)” dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 18 Maret 2017 pada pukul 08.30-10.00 WITA bertempat di Laboratorium Dasar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Alat yang Digunakan dalam Praktikum.
No.
Alat
Kegunaan
1.
Gunting
Untuk memotong nilon
2.
Tissue gulung
Untuk membersihkan sekitar.
3.
Styrofom
Untuk alas ikan.
4.
Alat tulis
Untuk menulis hasil.
5.
Toples
Tempat pengoleksian ikan.
6.
Kertas kalkir
Untuk label gantung.
7.
Kertas label
Untuk label tempel.
8.
Nilon
Menggantung label.



3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Bahan yang Digunakan dalam Praktikum.
No.
Bahan
Kegunaan
1.

Ikan Biji Nangka (Upeneus mollucenccis)
Untuk bahan percobaan.

2.
Bahan pengawet (4% formalin)
Untuk mengawetkan.
3
Akuades
Untuk melarutkan formalin


3.3. Prosedur Kerja
1.  Koleksi Ikan : Pengumpulan Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis)
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum pengumpulan ikan adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan wadah/tempat pengumpulan dan penyimpanan dalam hal
ini akan menggunakan toples kaca.
b. Menyiapakan bahan pengawet, dalam hal ini menggunakan formalin.
c. Menyiapkan buku, lembar catatan, kertas label tahan air, dan alat tulis.

2.  Koleksi Ikan : Pengawetan dan Pengumpulan Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis)
     
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum Pengawetan dan Pelabelan Ikan adalah sebagai berikut :
a.  Menyiapkan kertas label tahan air (kertas kalkir), alat-alat tulis termasuk pensil dan buku catatan.
b. Menuliskan keterangan untuk label yang dikaitkan pada ikan yang bersangkutan, label ditempelkan pada wadah dalam hal ini adalah toples dan yang terakhir pelabelan.
c. Memasukkan ikan anggota kelompok ke dalam sebuah toples kaa serta menambahkan pengawet berupa formalin. 


BAB 4.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Koleksi Ikan : Pengumpulan Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis)
            Hasil yang di dapat pada praktikum yang dilakukan sebagai berikut :











Gambar 4.1. Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis) Secara Utuh
Keterangan :
1.   Mulut
2.   Mata                                                                     
3.   Hidung
4.   Tutup insang                                                        
5.   Sirip punggung (dorsal fin)                                              
6.   Sirip dada (pectoral fin)
7.   Sirip perut (ventral fin)
8.   Sirip ekor (caudal fin)
9.   Sirip dubur (anal fin)
10. Linea lateralis
11. Anus

            Lembar catatan data lapangan
1.  Nomor koleksi                                :  10
2.  Tanggal pengambilan                     :  18 Maret 2017 
3.  Nama ilmiah/ lokal                        :  Upeneus molluccensis / Ikan Biji Nangka
4.  Nama kolektor/ pengumpul           :  Linda Apriliani
5.  Nama pengidentifikasi                   :  Linda Apriliani
6.  Tempat pengambilan                      :  Pasar Banjarbaru
    Desa/ kecamatan                             :  Banjarbaru
    Kabupaten/ provinsi                        :  Banjarbaru/ Kal-Sel
Nama pulau dan perairan                    :  Kalimantan
Macam perairan                                  :  Laut
7.  Keterangan perairan :
- Warna                              :  Kecoklatan                 - O2                :  5 ppm
- Kecerahan                       :  25 cm                         - CO2                  :  5 ppm
- Kedalaman                      :  (10-39)  m                  - PH                :  4-9
- Suhu udara                      :  250 C                          - Alkalinitas    :  40 mg/l
- Suhu air                            :  25-300 C      
- Salinitas                            :  0-5 ppm
- Tanaman air                     :  Tumbuhan air yang hidup diperairan laut
8.  Alat penangkap ikan yang digunakan : sero
9. Jenis-jenis ikan yang tertangkap bersamaan/hampir bersamaan :

4.1.2. Koleksi Ikan : Pengawetan dan Pelabelan Ikan (Upeneus moluccesis)
            Hasil yang didapat pada praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Rumus pengenceran :
V1 . N1  =  V2 . N2

 


Keterangan :
V1          : Volume formalin
V2          : Volume pengencer
N1          : Persentase formalin
N2          : Persentase pengencer
Diketahui :
N1 = 37 %
N1 =  4 %
V1 = 30 L
Dit : V2  =. . . ?
Maka hasil perhitungan yang didapatkan adalah sebagai berikut :
 V1    .     N1          =  V2 . N2
  30.  4 %         = V2 . 37 %
         1.2          =  V2 . 37%
       V2              = 3,24 L
Jadi, formalin  yang  digunakan  untuk  pengawetan  kali  ini  adalah formalin dengan kadar 4 % dan volume untuk mengencerkannya 3,24  L air.

Tabel 4.1. Label Gantung
Nomor/ tanggal koleksi
 :
10/ 18 Maret 2017
Nama ilmiah/ lokal
 :
Upeneus moluccesin / Biji Nangka
Nama pengumpul
 :
Linda Apriliani

Tabel 4.2. Label Tempel
Nomor/ Tanggal koleksi
 :
10/ 18 Maret 2017
Nama ilmiah/ lokal
 :
Upeneus molluccesin / Biji Nangka
Nama pengumpul
 :
Linda Apriliani
Kelamin ikan
 :
Betina
Berat ikan
 :
50 gram
Warna ikan
 :
Merah, putih
Bahan pengawet
 :
Formalin  4 %

4.2. Pembahasan
4.2.1. Koleksi Ikan : Pengumpulan Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis)
            Koleksi ikan merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan ikan-ikan yang mungkin beberapa tahun kedepan akan punah, sehingga generasi yang akan datang akan sulit untuk mengetahui jenis-jenis ikan yang terdahulu. Koleksi ikan yang telah dilakukan perlu dilengkapi dengan keterangan sehingga berguna untuk masa yang akan datang, baik bagi kolektornya maupun untuk  orang lain.
            Pengumpulan ikan bertujuan untuk memberikan pengalaman praktis mengenai pekerjaan koleksi ikan, khusus nya untuk ikan-ikan yang terdapat di sekitar kampus yang memungkinkan terbanyak adalah jenis-jenis ikan air tawar.
Pengumpulan ikan dilakukan pada satu toples dengan berisi larutan pengawet sebanyak 500 mililiter.
Koleksi ikan yang telah dilakukan perlu dilengkapi dengan keterangan sehingga berguna untuk masa akan datang, baik bagi kolektornya maupun untuk orang lain. Dua macam keterangan tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Keterangan singkat yang dilekatkan pada wadah koleksi.
2. Keterangan yang ditempatkan pada kertas catatan khusus.
            Koleksi ikan memiliki beberapa jenis berdasarkan tujuan atau sifat dari koleksi tersebut, yaitu :
1. Koleksi museum umum yang ditujukan kepada pameran bagi umum. Tiap-tiap spesies satu atau beberapa spesimen saja yang diperlukan untuk ini.
2. Koleksi pendidikan, yaitu koleksi yang dimiliki oleh perguruan tinggi yang dipergunakan dalam memberikan pengajaran kepada mahasiswa dan bagi praktikum mahasiswa.
3. Koleksi himpunan penelitian, sejagat yang ditujukan pada akumulasi dari spesimen-spesimen yang dikumpulkan dalam penelitian, survei dan ekspedisi yang dilakukan dari masa ke masa.
4. Koleksi identifikasi yang dipergunakan dalam usaha idetifkasi taksonomis koleksi ini terdiri spesimen yang telah diidentifikasi oleh para ahli dan diperuntukkan bagi seluruh badan, umpamanya karantina, perdagangan dan sebagainya.
5. Koleksi spesimen tipe, terdiri dari spesimen yang dipergunakan sebagai dasar pemberian nama kepada spesiesnya. Penyelidikan yang dilakukan di masa-masa terakhir yang dipergunakan sifat dan ciri-ciri baru dari binatang yang menimbulkan suatu kesimpulan bahwa apa yang dinamakan spesies sebenarnya terdiri dari beberapa spesies yang bersamaan nama ilmiahnya diberikan, maka spesies tipe ini dirawat dengan baik sekali dan dalam keadaan darurat harus dengan mudah dapat diamankan.
6. Koleksi riset, koleksi ini bertujuan untuk mengakumulasikan sebanyak mungkin bahan untuk analisa sebagai taksonomi. Dilakukan pada tingkat taksonomi dilakukan usaha pengenalan kategori bagian dari spesies dan populasi maka jumlah spesimen untuk tiap-tiap spesies dikumpulkan banyak sekali dan tempat yg berlainan.
              Lembar catatan data lapangan koleksi ikan : Pengumpulan Ikan yang didapatkan pada praktikum adalah data lapangan berisikan informasi mengenai nomor koleksi yaitu nomor X (sepuluh), tanggal pengambilan 18 Maret 2017, ikan tersebut memiliki nama ilmiah Upeneus moluccensis dengan nama lokal biji nangka,  nama kolektor Linda Apriliani, nama pengidentifikasi Linda Apriliani, tempat pengambilan ikan ini di Pasar Banjarbaru, kecamatan Banjarbaru, kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, didapatkan di perairan Kalimantan pada macam perairan laut. Perairan memiliki warna kecoklatan dengan tingkaat kecerahan 25 cm, didapatkan dikedalaman 10-39 m, memiliki suhu udara 250 C, air bersuhu 25-30 0C dengan salinitas 0-5 ppm, memiliki oksigen 5 ppm, karbon dioksida 5 ppm, memiliki derajat keasaamn 4-9 dengan alkalinitas 49mg/l. Terdapat tanaman air yang hiudp di perairan laut selain ikan biji nangka.

4.2.2. Koleksi Ikan : Pengawetan dan Pelabelan Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis)

Pada label gantung informasi yang harus di tulis ialah nomor, tanggal koleksi, nama ilmiah/nama lokal ikan tersebut serta nama pengumpul. Label tempel memiliki informasi berupa nomor koleksi, tanggal pengambilan, nama ilmiah/nama lokal, nama pengumpul/kolektor, nama pengidentifikasi, tempat pengambilan, keterangan perairan, alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tersebut serta jenis-jenis ikan yang bersamaan/hampir bersamaan saat ditangkap.
            Pengenceran formalin, praktikan menggunakan air sebagi pengencer dan untuk perhitungannya praktikan dapat menggunakan rumus pengenceran. Fungsi dari pelabelan ikan adalah untuk mengetahui jenis ikan yang di koleksi dan supaya mengetahui nama ikan, tanggal koleksi serta ciri  ikan yang meliputi warna, berat ikan jenis kelamin yang  di koleksi tersebut.
Label pada ikan yang dijadikan koleksi terbagi dua, ada label gantung yang ditempelkan pada tubuh ikan biji nangka (Upeneus moluccensis) pada ikan yang dijadikan koleksi terbagi dua, ada label gantung yang ditempelkan pada Pekerjaan koleksi ikan : pengawetan dan pelabelan ikan  menggunakan label gantung dan label tempel. Koleksi ikan pada label gantung bernomor X (sepuluh), tanggal koleksi pada 18 Maret 2017, memiliki nama ilmiah Upeneus moluccensis dan nama lokal biji nangka, nama pengumpul yaitu Linda Apriliani. Label tempel diletakkan pada wadah pengumpulan ikan yang berup toples kaca dan berisikan informasi mengenai nomor koleksi yaitu nomor X (sepuluh), tanggal koleksi 18 Maret 2017 dengan nama ilmiah Upeneus moluccensis dan memiliki nama lokal biji nangka, nama pengumpul adaah Linda Apriliani, ikan biji nangka berjenis kelamin betina dengan berat 50 gram, memiliki warna merah pada punggung dan sedikit warna putih pada bagian perut, bahan pengawet yang digunakan untuk pengawetan ini adalah formalin dengan kadar 4%.
            Hal pertama yang dilakukan saat akan melakukan pengawetan ialah pengidentifikasian nama ikan setelah itu dilakukan pengisian label gantung dan label tempel. Label gantung di berikan pada ikan dengan memasukkan nilon pada mulut dan keluar lewat insang atau sebaliknya, sedangkan untuk label tempel, di tempel pada toples yang telah disiapkan sebagai penanda pemilik koleksi ikan tersebut. Sebelum ikan dimasukkan ke dalam toples, toples terlebih dahulu dibersihkan, dicuci, dan jika memungkinkan sabun dalam mencucinya. Toples itu kemudian dikeringkan dengan tissue atau lap.
Ikan yang akan diawetkan di beri label terlebih dahulu dengan cara diberi label gantung. Cara penempatan label gantung pada ikan adalah dengan mengaitkan label pada benang nilon dan memasukkan ujung lain benang nilon kemulut, sampai tembus keluar dari insang ikan.
Pada praktikum koleksi ikan (pengumpulan ikan) kali ini, digunakan larutan formalin 4% yang diperoleh dari formalin 40% diencerkan dengan akuades sebanyak 9,25 L. Saat mengawetkan ikan, tiap-tiap kelompok membutuhkan 9,25 L larutan formalin 4%. Formalin 4% diperlukan untuk mengawetkan ikan-ikan yang berukuran sedang, yaitu dengan ukuran panjang 5-10 cm atau lebih dari 10 cm. Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis) yang akan diawetkan dalam larutan formalin tersebut.
Pada praktikum yang dilakukan, setelah menulis label gantung dan label tempel praktikan memasukkan beberapa ikan ke dalam toples yang berisi larutan formalin. Selanjutnya ikan yang berada di dalam toples di simpan di laboratorium dam mulai berlangsungnya proses pengawetan. Kondisi laboratorium harus terkontrol yakni memiliki pengaturan suhu ruangan atau pencahayaan yang baik.
Selain itu dilakukan pencatatan informasi tentang ikan yang dikoleksi pada catatan khusus. Pelabelan ini perlu dilengkapi dengan keterangan informasi mengenai ikan bersangkutan agar berguna untuk masa yang akan datang, baik bagi kolektornya maupun untuk orang lain.



BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum  ini adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan koleksi ikan, pengumpulan ikan berupa lembar catatan data lapangan. Data lapangan berisikan informasi mengenai nomor koleksi yaitu nomor X (sepuluh), tanggal pengambilan 18 Maret 2017, ikan tersebut memiliki nama ilmiah Upeneus moluccensis dengan nama lokal biji nangka,  nama kolektor Linda Apriliani, nama pengidentifikasi Linda Apriliani, tempat pengambilan ikan ini di Pasar Banjarbaru, kecamatan Banjarbaru, kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, didapatkan di perairan Kalimantan pada macam perairan laut. Perairan memiliki warna kecoklatan dengan tingkaat kecerahan 25 cm, didapatkan dikedalaman 10-39 m, memiliki suhu udara 250 C, air bersuhu 25-30 0C dengan salinitas 0-5 ppm, memiliki oksigen 5 ppm, karbon dioksida 5 ppm, memiliki derajat keasaamn 4-9 dengan alkalinitas 49mg/l. Terdapat tanaman air yang hiudp di perairan laut selain ikan biji nangka.
2. Pekerjaan koleksi ikan : pengawetan dan pelabelan ikan  menggunakan label gantung dan label tempel. Koleksi ikan pada label gantung bernomor X (sepuluh), tanggal koleksi pada 18 Maret 2017, memiliki nama ilmiah Upeneus moluccensis dan nama lokal biji nangka, nama pengumpul yaitu Linda Apriliani. Label tempel diletakkan pada wadah pengumpulan ikan yang berup toples kaca dan berisikan informasi mengenai nomor koleksi yaitu nomor X (sepuluh), tanggal koleksi 18 Maret 2017 dengan nama ilmiah Upeneus moluccensis dan memiliki nama lokal biji nangka, nama pengumpul adaah Linda Apriliani, ikan biji nangka berjenis kelamin betina dengan berat 50 gram, memiliki warna merah pada punggung dan sedikit warna putih pada bagian perut, bahan pengawet yang digunakan untuk pengawetan ini adalah formalin dengan kadar 4%.
5.2. Saran
Praktikan lebih teliti dalam mengidentifikasi ikan agar hasil yang didapat lebih akurat mengenai data ikan tersebut dan membawa kunci identifikasi dalam setiap praktikum. 


DAFTAR PUSTAKA
Amalia, N.H. 2014. Kajian Stok Ikan Kuniran (Upeneus moluccensis bleeker, 1855) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten. Skripsi. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/70167/C14 nha .pdf?sequence=1&isAllowed=y (Diakses tanggal 21 Maret 2017).

Baharuddin. 2006. Cara pengoleksian Ikan Praktis. Departemen Pendidikan Nasioanal. Jakarta.

Effendi. 2002. Pelabelan Ikan. Erlangga. Bandung.

Fujaya, Yushinta, 2004. Fisiologi ikan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Hisbi, D. 2017. Bahan Kuliah Iktiologi. Universitas Lambung Mangkurat.

Kottelat, Maurice et al. 1993. Ikan Air Tawar Indonsia Bagian Barat dan Sulawesi. CV Jaya Books. Jakarta.

Saanin. 1968. Taksonomi Dan Kunci Identifikasi Ikan I&II. Bina Cipta. Bogor.

Sjafei dkk. 2001. Beberapa Aspek Biologi Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis). Jurnal Iktiologi Indoensia vol. 1 (1). http://iktiologi-indonesia.org/wp-content/uploads/2016/06/06_0001.pdf (Di akses tanggal 19 Maret 2017).

Susilawati dkk. 2001. Beberapa Aspek Biologi Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis). Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.

Tim MK. 2017. Penuntun Praktikum Ikhtiologi. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.




 


Komentar