BAB 2.TINJAUAN
PUSTAKA
Ikan adalah makhluk hidup yang hidup
di dalam air dan berdarah dingin, artinya panas suhu pada badannya mengikuti
panasnya air dimana ikan itu berada. Ikan di dalam air bernapas terutama dengan
mengisap hawa dari air dengan menggunakan insang yang terdapat pada bagian kiri
dan kanan kepalanya. Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme
fisiologi yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan
perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungannya (Fujaya, 2004).
Ikan adalah hewan yang seumur hidupnya berenang atau beruaya di
dalam air (baik air laut, air payau, mauppun air tawar). Fakta juga menunjukkan
bahwa ikan tersebut beragam, baik dalam ukuran (besar, kecil, sedang, panjang,
dan pendek), dalam bentuk (bulat, pipih, torpedo, dan sebagainya), warna (putih
cerah, kelabu, hitam, warna-warni), habitat (perairan laut, payau, dan tawar),
maupun perlengkapan tubuh dan sebagainya (Hisbi, 2017).
Klasifikasi ikan biji nangka (Upeneus
moluccensis) menurut Saanin :
Ordo : percomorphi
Sub-ordo : perciodea
Divisi : perchiformes
Sub-divisi : carangi
Familia : mullidae
Genus : upeneus
Spesies : Upeneus moluccensis
Ikan biiji nangka memiliki ciri
bergigi pada langit-langit dan tulang mata bajak. Sebagian dari mata terleta di
pertengahan kepala (Saanin, 1984).
Ikan biji nangka (Upeneus
moluccensis) termasuk ke dalam jenis ikan demersial dan sebagai ikan
konsumsi, ikan ini bernilai ekonomis dibandingkan beberapa sebagai bahan baku
pakan dalam budidaya udang dan ikan. Ikan biji nangka ditangkap dengan menggunakan
alat tangkap cantrang. Kedalaman optimal habitat ikan biji nangka berkisar
40-60 m. Genus Upeneus umumnya tertangkap di perairan yang dangkal (10-39) m,
meskipun tertangkap juga pada kedalaman antara 100-159 m dan 190-300 (Sjafei,
2001).
Ikan biji nangka (Upeneus
moluccensis) di perairan Selat Sunda mulai mengalami tekanan penangkapan.
Hal ini terlihat dari laju eksploitasi yang telah melebihi laju eksploitasi
optimumnya. Penggunaan alat tangkap yang tidak selektif juga menyebabkan ikan
dengan ukuran kecil serta ikan yang belum matang gonad ikut tertangkap (Amalia,
2104).
Ikan
Biji Nangka memiliki tulang preorbital 3/4 bidang antara bibir dan mata, sirip
dubur memiliki 3 duri dan 9 jari-jari, 11 baris sisik melintang badan, dan
27-32 deret sisik sepanjang sisi bada (Kottelat, 1993).
Menurut
penelitian, pada lambung ikan biji nangka (Upenenus moluccensis)
ditemukan udang-udangan, ikan kecil, detritus, polychaeta, moluska, Nitzchia
sp, ceratium sp, dan copepoda. Panjang usus ikan biji nangka berkisar antara
62-114 mm dan perbandungan panjang usus dengan panjang baku berada pada kisaran
0,72-1,16. Menurut Bond (1979) di dalam Sjafei (2001), bahwa ikan yang
memiliki kisaran perbandingan panjang usus dengan panjang baku 0,72-1,16 adalah
ikan karnivor (Susilawati, dkk, 2001).
Pekerjaan koleksi ikan sering
diperlukan dalam berbagai pengawet ikan yang biasa digunakan adalah
formalin 4%. Untuk ikan yang lebih besar dipergunakan konsentrasi yang lebih
tinggi misalnya 5% dan untuk ikan yang
lebih kecil dapat dipergunakan konsentrasi yang lebih rendah misalnya 2 %–3
%. Ikan yang lebih besar dari 50 cm sebelum diawetkan dalam formalin, terlebih
dahulu sisi perut sebelah kanan dituris dengan pisau agar bahan pengawet lebih
mudah masuk kedalam rongga perut (Effendi, 2002).
Perdagangan
internasional, hasil perikanan dalam pelabelan tidak hanya sekedar nama yang
benar dari spesies ikan yang bersangkutan tetapi bahkan semakin dituntut dan
pengolahan cara dalam label, kemudian adalah perlunya pencantuman asal negara
ataupun cara perolehan (budidaya tangkap) dan ramah lingkungan (Baharuddin
2006).
Pekerjaan koleksi
ikan siperlukan dalam berbagai maksud misalnya penelitian, pengumpulan contoh
untuk komunikasi antar lembaga. Pengalaman koleksi ikan perlu diadakan pada
mahasiswa sebagai bagian dari rangkai kuliah di Fakultas Perikanan dan
Kelautan. Koleksi ikan yang telah dilakukan perlu dilengkapi dengan keterangan
sehingga berguna untuk masa akan datang, baik bagi kolektornya maupun orang
lain (Tim MK, 2017).
BAB
3. METODE PRAKTIKUM
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum Iktiologi dengan judul “Koleksi Ikan :
Pengumpulan, Pengawetan dan Pelabelan Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis)” dilaksanakan
pada hari Sabtu,
tanggal 18
Maret 2017
pada pukul 08.30-10.00 WITA bertempat di Laboratorium Dasar Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Alat yang Digunakan dalam Praktikum.
No.
|
Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Gunting
|
Untuk memotong
nilon
|
2.
|
Tissue gulung
|
Untuk membersihkan sekitar.
|
3.
|
Styrofom
|
Untuk alas ikan.
|
4.
|
Alat tulis
|
Untuk menulis hasil.
|
5.
|
Toples
|
Tempat pengoleksian ikan.
|
6.
|
Kertas kalkir
|
Untuk label gantung.
|
7.
|
Kertas label
|
Untuk label tempel.
|
8.
|
Nilon
|
Menggantung label.
|
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Bahan yang Digunakan dalam Praktikum.
No.
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Ikan Biji
Nangka (Upeneus
mollucenccis)
|
Untuk bahan percobaan.
|
2.
|
Bahan pengawet (4% formalin)
|
Untuk mengawetkan.
|
3
|
Akuades
|
Untuk melarutkan formalin
|
3.3.
Prosedur Kerja
1. Koleksi Ikan : Pengumpulan Ikan Biji Nangka (Upeneus
moluccensis)
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum pengumpulan ikan adalah sebagai
berikut :
a. Menyiapkan
wadah/tempat pengumpulan dan penyimpanan dalam hal
ini akan menggunakan toples kaca.
b. Menyiapakan bahan
pengawet, dalam hal ini menggunakan formalin.
c. Menyiapkan buku, lembar
catatan, kertas label tahan air, dan alat tulis.
2. Koleksi Ikan : Pengawetan dan Pengumpulan Ikan
Biji Nangka (Upeneus moluccensis)
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum Pengawetan dan Pelabelan Ikan adalah sebagai berikut
:
a. Menyiapkan kertas label tahan air (kertas
kalkir), alat-alat tulis termasuk pensil dan buku catatan.
b. Menuliskan
keterangan untuk label yang dikaitkan pada ikan yang bersangkutan, label ditempelkan
pada wadah dalam hal ini adalah toples dan yang terakhir pelabelan.
c. Memasukkan ikan
anggota kelompok ke dalam sebuah toples kaa serta menambahkan pengawet berupa
formalin.
BAB 4.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Koleksi Ikan : Pengumpulan Ikan Biji Nangka (Upeneus
moluccensis)
Hasil yang
di dapat pada praktikum yang dilakukan sebagai berikut :
Gambar 4.1. Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis) Secara
Utuh
Keterangan :
1.
Mulut
2.
Mata
3.
Hidung
4.
Tutup insang
5.
Sirip punggung (dorsal fin)
6.
Sirip dada (pectoral fin)
7. Sirip perut (ventral fin)
8. Sirip ekor (caudal fin)
9. Sirip dubur (anal fin)
10.
Linea lateralis
11.
Anus
Lembar
catatan data lapangan
1. Nomor koleksi : 10
2. Tanggal pengambilan : 18 Maret 2017
3.
Nama ilmiah/ lokal : Upeneus
molluccensis / Ikan Biji Nangka
4. Nama kolektor/ pengumpul :
Linda Apriliani
5. Nama pengidentifikasi : Linda Apriliani
6. Tempat
pengambilan : Pasar Banjarbaru
Desa/ kecamatan : Banjarbaru
Kabupaten/
provinsi : Banjarbaru/ Kal-Sel
Nama pulau dan perairan : Kalimantan
Macam perairan : Laut
7. Keterangan
perairan :
- Warna : Kecoklatan - O2 : 5 ppm
- Kecerahan : 25 cm - CO2 : 5 ppm
- Kedalaman : (10-39) m - PH : 4-9
- Suhu udara : 250 C - Alkalinitas : 40 mg/l
- Suhu air : 25-300 C
- Salinitas : 0-5 ppm
- Tanaman air : Tumbuhan air yang hidup diperairan
laut
8. Alat penangkap
ikan yang digunakan : sero
9.
Jenis-jenis ikan yang tertangkap bersamaan/hampir bersamaan :
4.1.2.
Koleksi Ikan : Pengawetan dan Pelabelan Ikan
(Upeneus moluccesis)
Hasil yang didapat pada praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Rumus pengenceran :
V1 . N1 = V2
. N2
|
Keterangan :
V1 :
Volume formalin
V2 :
Volume pengencer
N1 :
Persentase formalin
N2 :
Persentase pengencer
Diketahui :
N1 = 37 %
N1 = 4 %
V1 = 30 L
Dit : V2 =. . . ?
Maka hasil perhitungan yang didapatkan
adalah sebagai berikut :
V1
. N1 = V2 . N2
30. 4 % = V2 . 37 %
1.2 = V2 . 37%
V2
= 3,24 L
Jadi, formalin yang
digunakan untuk pengawetan
kali ini adalah formalin dengan kadar 4 % dan volume
untuk mengencerkannya 3,24 L air.
Tabel 4.1. Label Gantung
Nomor/ tanggal
koleksi
|
:
|
10/ 18 Maret 2017
|
Nama ilmiah/ lokal
|
:
|
Upeneus
moluccesin /
Biji Nangka
|
Nama pengumpul
|
:
|
Linda Apriliani
|
Tabel 4.2. Label Tempel
Nomor/ Tanggal koleksi
|
:
|
10/ 18 Maret 2017
|
Nama ilmiah/ lokal
|
:
|
Upeneus
molluccesin / Biji Nangka
|
Nama pengumpul
|
:
|
Linda Apriliani
|
Kelamin ikan
|
:
|
Betina
|
Berat ikan
|
:
|
50 gram
|
Warna ikan
|
:
|
Merah, putih
|
Bahan pengawet
|
:
|
Formalin 4 %
|
4.2. Pembahasan
4.2.1. Koleksi Ikan : Pengumpulan Ikan Biji
Nangka (Upeneus moluccensis)
Koleksi ikan merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan ikan-ikan yang
mungkin beberapa tahun kedepan akan punah, sehingga generasi yang akan datang
akan sulit untuk mengetahui jenis-jenis ikan yang terdahulu. Koleksi ikan
yang telah dilakukan perlu dilengkapi dengan keterangan sehingga berguna untuk
masa yang akan datang, baik bagi kolektornya maupun untuk orang lain.
Pengumpulan ikan
bertujuan untuk memberikan pengalaman praktis mengenai pekerjaan koleksi ikan,
khusus nya untuk ikan-ikan yang terdapat di sekitar kampus yang memungkinkan
terbanyak adalah jenis-jenis ikan air tawar.
Pengumpulan
ikan dilakukan pada satu toples dengan berisi larutan pengawet sebanyak 500
mililiter.
Koleksi ikan yang
telah dilakukan perlu dilengkapi dengan keterangan sehingga berguna untuk masa
akan datang, baik bagi kolektornya maupun untuk orang lain. Dua macam keterangan
tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Keterangan
singkat yang dilekatkan pada wadah koleksi.
2. Keterangan yang
ditempatkan pada kertas catatan khusus.
Koleksi
ikan memiliki beberapa jenis berdasarkan tujuan atau sifat dari koleksi
tersebut, yaitu :
1. Koleksi museum
umum yang ditujukan kepada pameran bagi umum. Tiap-tiap spesies satu atau
beberapa spesimen saja yang diperlukan untuk ini.
2. Koleksi
pendidikan, yaitu koleksi yang dimiliki oleh perguruan tinggi yang dipergunakan
dalam memberikan pengajaran kepada mahasiswa dan bagi praktikum mahasiswa.
3. Koleksi himpunan
penelitian, sejagat yang ditujukan pada akumulasi dari spesimen-spesimen yang
dikumpulkan dalam penelitian, survei dan ekspedisi yang dilakukan dari masa ke
masa.
4. Koleksi
identifikasi yang dipergunakan dalam usaha idetifkasi taksonomis koleksi ini
terdiri spesimen yang telah diidentifikasi oleh para ahli dan diperuntukkan
bagi seluruh badan, umpamanya karantina, perdagangan dan sebagainya.
5. Koleksi spesimen
tipe, terdiri dari spesimen yang dipergunakan sebagai dasar pemberian nama
kepada spesiesnya. Penyelidikan yang dilakukan di masa-masa terakhir yang
dipergunakan sifat dan ciri-ciri baru dari binatang yang menimbulkan suatu
kesimpulan bahwa apa yang dinamakan spesies sebenarnya terdiri dari beberapa
spesies yang bersamaan nama ilmiahnya diberikan, maka spesies tipe ini dirawat
dengan baik sekali dan dalam keadaan darurat harus dengan mudah dapat
diamankan.
6. Koleksi riset,
koleksi ini bertujuan untuk mengakumulasikan sebanyak mungkin bahan untuk
analisa sebagai taksonomi. Dilakukan pada tingkat taksonomi dilakukan usaha
pengenalan kategori bagian dari spesies dan populasi maka jumlah spesimen untuk
tiap-tiap spesies dikumpulkan banyak sekali dan tempat yg berlainan.
Lembar catatan data
lapangan koleksi ikan : Pengumpulan Ikan yang didapatkan pada praktikum adalah data lapangan
berisikan informasi mengenai nomor koleksi yaitu nomor X (sepuluh), tanggal
pengambilan 18 Maret 2017, ikan tersebut memiliki nama ilmiah Upeneus
moluccensis dengan nama lokal biji nangka,
nama kolektor Linda Apriliani, nama pengidentifikasi Linda Apriliani,
tempat pengambilan ikan ini di Pasar Banjarbaru, kecamatan Banjarbaru, kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, didapatkan di perairan Kalimantan pada macam
perairan laut. Perairan memiliki warna kecoklatan dengan tingkaat kecerahan 25
cm, didapatkan dikedalaman 10-39 m, memiliki suhu udara 250 C, air bersuhu
25-30 0C dengan salinitas 0-5 ppm, memiliki oksigen 5 ppm, karbon dioksida 5
ppm, memiliki derajat keasaamn 4-9 dengan alkalinitas 49mg/l. Terdapat tanaman
air yang hiudp di perairan laut selain ikan biji nangka.
4.2.2. Koleksi Ikan
: Pengawetan dan Pelabelan Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis)
Pada label gantung
informasi yang harus di tulis ialah nomor, tanggal koleksi, nama ilmiah/nama
lokal ikan tersebut serta nama pengumpul. Label tempel memiliki informasi
berupa nomor koleksi, tanggal pengambilan, nama ilmiah/nama lokal, nama
pengumpul/kolektor, nama pengidentifikasi, tempat pengambilan, keterangan
perairan, alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tersebut serta
jenis-jenis ikan yang bersamaan/hampir bersamaan saat ditangkap.
Pengenceran
formalin, praktikan menggunakan air sebagi pengencer dan untuk perhitungannya
praktikan dapat menggunakan rumus pengenceran. Fungsi
dari pelabelan ikan adalah untuk mengetahui jenis ikan yang di koleksi dan
supaya mengetahui nama ikan, tanggal koleksi serta ciri ikan yang meliputi warna, berat ikan jenis
kelamin yang di koleksi tersebut.
Label pada ikan yang
dijadikan koleksi terbagi dua, ada label gantung yang ditempelkan pada tubuh
ikan biji nangka (Upeneus moluccensis) pada ikan yang dijadikan koleksi
terbagi dua, ada label gantung yang ditempelkan pada Pekerjaan koleksi ikan : pengawetan dan pelabelan ikan menggunakan label gantung dan label tempel. Koleksi ikan pada label
gantung bernomor X (sepuluh), tanggal koleksi pada 18 Maret 2017, memiliki nama
ilmiah Upeneus moluccensis dan nama lokal biji nangka, nama pengumpul
yaitu Linda Apriliani. Label tempel diletakkan pada wadah pengumpulan ikan yang
berup toples kaca dan berisikan informasi mengenai nomor koleksi yaitu nomor X
(sepuluh), tanggal koleksi 18 Maret 2017 dengan nama ilmiah Upeneus
moluccensis dan memiliki nama lokal biji nangka, nama pengumpul adaah Linda
Apriliani, ikan biji nangka berjenis kelamin betina dengan berat 50 gram,
memiliki warna merah pada punggung dan sedikit warna putih pada bagian perut,
bahan pengawet yang digunakan untuk pengawetan ini adalah formalin dengan kadar
4%.
Hal pertama yang dilakukan saat akan
melakukan pengawetan ialah pengidentifikasian nama ikan setelah itu dilakukan
pengisian label gantung dan label tempel. Label gantung di berikan pada ikan
dengan memasukkan nilon pada mulut dan keluar lewat insang atau sebaliknya,
sedangkan untuk label tempel, di tempel pada toples yang telah disiapkan
sebagai penanda pemilik koleksi ikan tersebut. Sebelum ikan
dimasukkan ke dalam toples, toples terlebih dahulu dibersihkan, dicuci, dan
jika memungkinkan sabun dalam mencucinya. Toples itu kemudian dikeringkan
dengan tissue atau lap.
Ikan
yang akan diawetkan di beri label terlebih dahulu dengan cara diberi label
gantung. Cara penempatan label gantung pada ikan adalah dengan mengaitkan label
pada benang nilon dan memasukkan ujung lain benang nilon kemulut, sampai tembus
keluar dari insang ikan.
Pada praktikum koleksi ikan (pengumpulan
ikan) kali ini, digunakan larutan formalin 4% yang diperoleh dari formalin 40%
diencerkan dengan akuades sebanyak 9,25 L. Saat mengawetkan ikan, tiap-tiap
kelompok membutuhkan 9,25 L larutan formalin 4%. Formalin 4% diperlukan untuk
mengawetkan ikan-ikan yang berukuran sedang, yaitu dengan ukuran panjang 5-10
cm atau lebih dari 10 cm. Ikan Biji
Nangka (Upeneus moluccensis) yang akan diawetkan
dalam larutan formalin tersebut.
Pada praktikum yang dilakukan, setelah
menulis label gantung dan label tempel praktikan memasukkan beberapa ikan ke
dalam toples yang berisi larutan formalin. Selanjutnya ikan yang berada di
dalam toples di simpan di laboratorium dam mulai berlangsungnya proses
pengawetan. Kondisi laboratorium harus terkontrol yakni memiliki pengaturan
suhu ruangan atau pencahayaan yang baik.
Selain itu dilakukan pencatatan informasi tentang ikan
yang dikoleksi pada catatan khusus. Pelabelan ini perlu dilengkapi dengan
keterangan informasi mengenai ikan bersangkutan agar berguna untuk masa yang
akan datang, baik bagi kolektornya maupun untuk orang lain.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan koleksi
ikan, pengumpulan ikan berupa lembar catatan data lapangan. Data lapangan
berisikan informasi mengenai nomor koleksi yaitu nomor X (sepuluh), tanggal
pengambilan 18 Maret 2017, ikan tersebut memiliki nama ilmiah Upeneus
moluccensis dengan nama lokal biji nangka, nama kolektor Linda Apriliani, nama pengidentifikasi
Linda Apriliani, tempat pengambilan ikan ini di Pasar Banjarbaru, kecamatan
Banjarbaru, kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, didapatkan di perairan
Kalimantan pada macam perairan laut. Perairan memiliki warna kecoklatan dengan
tingkaat kecerahan 25 cm, didapatkan dikedalaman 10-39 m, memiliki suhu udara
250 C, air bersuhu 25-30 0C dengan salinitas 0-5 ppm, memiliki oksigen 5 ppm,
karbon dioksida 5 ppm, memiliki derajat keasaamn 4-9 dengan alkalinitas 49mg/l.
Terdapat tanaman air yang hiudp di perairan laut selain ikan biji nangka.
2. Pekerjaan koleksi ikan : pengawetan dan
pelabelan ikan menggunakan label gantung
dan label tempel. Koleksi ikan pada
label gantung bernomor X (sepuluh), tanggal koleksi pada 18 Maret 2017,
memiliki nama ilmiah Upeneus moluccensis dan nama lokal biji nangka,
nama pengumpul yaitu Linda Apriliani. Label tempel diletakkan pada wadah
pengumpulan ikan yang berup toples kaca dan berisikan informasi mengenai nomor
koleksi yaitu nomor X (sepuluh), tanggal koleksi 18 Maret 2017 dengan nama
ilmiah Upeneus moluccensis dan memiliki nama lokal biji nangka, nama pengumpul
adaah Linda Apriliani, ikan biji nangka berjenis kelamin betina dengan berat 50
gram, memiliki warna merah pada punggung dan sedikit warna putih pada bagian
perut, bahan pengawet yang digunakan untuk pengawetan ini adalah formalin dengan
kadar 4%.
5.2. Saran
Praktikan
lebih teliti dalam mengidentifikasi ikan agar hasil yang didapat lebih akurat
mengenai data ikan tersebut dan membawa kunci identifikasi dalam setiap
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, N.H. 2014. Kajian Stok Ikan Kuniran (Upeneus moluccensis
bleeker, 1855) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten. Skripsi.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/70167/C14
nha .pdf?sequence=1&isAllowed=y
(Diakses tanggal 21 Maret 2017).
Baharuddin. 2006. Cara pengoleksian Ikan Praktis.
Departemen Pendidikan Nasioanal. Jakarta.
Effendi. 2002. Pelabelan Ikan. Erlangga. Bandung.
Fujaya,
Yushinta, 2004. Fisiologi ikan.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hisbi, D. 2017. Bahan Kuliah Iktiologi. Universitas Lambung
Mangkurat.
Kottelat, Maurice et
al. 1993. Ikan Air Tawar Indonsia Bagian
Barat dan Sulawesi. CV Jaya Books. Jakarta.
Saanin. 1968. Taksonomi Dan Kunci Identifikasi Ikan I&II. Bina Cipta. Bogor.
Sjafei dkk. 2001.
Beberapa Aspek Biologi Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis). Jurnal
Iktiologi Indoensia vol. 1 (1). http://iktiologi-indonesia.org/wp-content/uploads/2016/06/06_0001.pdf (Di akses tanggal 19 Maret 2017).
Susilawati dkk.
2001. Beberapa Aspek Biologi Ikan Biji Nangka (Upeneus moluccensis). Fakultas
Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.
Tim MK. 2017.
Penuntun Praktikum Ikhtiologi. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Komentar
Posting Komentar