Laporan Klimatologi Laut (BMKG)

LAPORAN PRAKTIKUM

KLIMATOLOGI LAUT
PENGENALAN JENIS DAN FUNGSI PERALATAN
DALAM PENGUKURAN CUACA DAN IKLIM


                                                  


 



Oleh
LINDA APRILIANI
NIM. 1610716120003


                                                                             
                                   
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2017

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan             :    Pengenalan Jenis dan Fungsi Peralatan Dalam Pengukuran Cuaca dan Iklim

Nama Mahasiswa       :    Linda Apriiani

NIM                            :    1610716120003



Laporan Praktek Telah Diperiksa dan Disetujui oleh :
Dosen Pengasuh Mata kuliah
Dosen I



Ira Puspita Dewi, S.Kel. M.Si
NIP. 198104232005012004

Dosen II                                                                                  Dosen III



Dr.M.Syahdan, S.Pi. M.Si                                               Ulil Amri, S.Pi. M.Si
NIP. 197602102009121003                                           NIP. 2016198808170701



Tanggal Disetujui       :           Desember 2017

                                                                             


KATA PENGANTAR

Puji syukur praktikan panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya dapat meneyelesaikan laporan praktikum Klimatologi Laut dengan judul “Pengenalan Jenis dan Fungsi Peralatan dalam Pengukuran Cuaca dan Iklim”. Penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat ketuntasan mata kuliah Klimatologi Laut.
Penulis merasa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang penulis miliki, maka kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Klimatologi Laut, seluruh asisten praktikum dan segenap pihak yang telah membantu hingga laporan ini terselesaikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.



                Banjarbaru,       Desember 2017

                            Linda Arpiliani



DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................                i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................                ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................                iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................                iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................                 iv
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................................                1
    1.1. Latar Belakang...........................................................................................               1
    1.2. Tujuan Praktikum ......................................................................................              2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................              3
              2.1. Pengertian Klimatologi ..............................................................................              3
              2.2. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim ....................................................................              3
              2.3. Hubungan Klimatologi dengan Bidang Lain .............................................              5
              2.4. Alat-alat Klimatologi .................................................................................              6
BAB 3. METODE PRAKTIKUM...................................................................................              7
              3.1. Waktu dan Tempat .....................................................................................               7
              3.2. Alat ............................................................................................................               7
              3.3. Prosedur Praktikum ...................................................................................               7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................                8
               4.1. Pengukuran Parameter Radiasi Matahari .................................................               8
               4.2. Pengukuran Parameter Temperatur ..........................................................               11
               4.3. Pengukuran Parameter Curah Hujan ........................................................               15
              4.4. Pengukuran Parameter Kelembaban Udara ..............................................                19
              4.5. Parameter Pengukuran Terintegrasi ..........................................................                21
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................                23
    5.1. Kesimpulan.................................................................................................                23
    5.2. Saran...........................................................................................................                23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPRAN



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang iklim dan segala fenomena yang terdapat didalamnya. Iklim penting diketahui dalam kehidupan sehari-hari agar dapat memudahkan manusia melakukan aktivitas dan dapat dijadikan sebagai pengontrol tindakan manusia terhadap alam. Iklim saat ini mengalami banyak perubahan berkaitan dengan suhu bumi yang meningkat sehingga berpengaruh terhadap iklim yang cenderung tidak menentu. Perubahan iklim ini dapat disebabkan karena aktivitas manusia yang berlebihan atau eksplorasi besar-besaran terhadap alam.
Di Indonesia saat ini, kita telah merasakan suhu pada siang hari yang terkadang menyengat dan pada saat malam hari kita tetap merasakan kepanasan atau sumuk yang merupakan salah satu tanda suhu bumi tidak lagi seperti dulu.  Aktivitas manusia seperti menebang pohon, pembebasan lahan dengan cara dibakar, penggunaan zat CFC pada Freon dapat menyebabkan suhu bumi meningkat sehingga terjadi pemanasan global. Pengukuran parameter cuaca penting untuk diketahui masyarakat agar dapat menghindari terjadinya kerusakan atau pemanasan global yang semakin parah.
Pemantauan dini bencana adalah salah satu upaya pemerintah melalui instansi terkait lebih antisipatif terhadap gejala-gejala alam yang bisa jadi penyebab suatu bencana. Kegiatan ini bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah karena dapat digunakan sebagai media informasi bagi masyarakat agar lebih waspada, siap dan tangga serta tak termakan isu yang tak bertanggung jawab yang terkadang menyesatkan apabila sewaktu-waktu terjadi bencana. Tujuan pemantauan dini bencana adalah agar dampak negatif bencana yang timbul baik berupa korban jiwa, kerusakan lahan, kerusakan tanaman, kerusakan bangunan, kerusakan infra struktur dan harta benda dapat diminimalisir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adalah salah satu instansi yang ikut bertanggung jawab dalam penanganan bencana yang ditimbulkan oleh faktor meteorologi maupun geofisika dalam upaya memenuhi tanggung jawabnya telah melaksanakan program penguatan sarana operasional untuk pengamatan.
Stasiun Badan Meteorologi Dan Klimatologi (BMKG) berguna untuk meneliti segala aktivitas alam yang berkaitan dengan cuaca dan iklim. Indonesia memiliki Stasiun BMKG yang telah tersebar banyak di berbagai Provinsi sehingga perkiraan cuaca saat ini dapat dengan mudah didapatkan. Mengetahui kondisi cuaca atau ikim dapat membuat masyarakat mudah dalam beraktivitas. Cuaca atau iklim yang jelek dapat mengganggu transportasi, bencana alam, banjir, kekeringan dan lain sebagainya. Pengamatan terhadap cuaca dapat diamati setiap harinya dengan berbagai alat-alat yang terdapat di stasiun Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG). Alat-alat klimatologi memiliki fungsi yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum yang dilakukan kali ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengenal jenis-jenis peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran parameter iklim dan cuaca.
2.      Mengetahui fungsi peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran parameter iklim dan cuaca.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Klimatologi
Klimatologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mencari gambaran dan keterangan-keterangan dari sifat-sifat iklim dan hubungannya dengan aktivitas manusia, atau ilmu pengetahuan yang mempelajari macam-macam iklim di muka bumi serta factor-faktor penentunya (Tjasyono, 2004 dalam Hamdi, 2014).
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim. Ilmu ini mencoba menguraikan dan menerangkan akikat iklim, distribusi terhadap ruang, serta variasinya terhadap waktu, hubungannya dengan berbagai unsur lain dari lingkungan alam dan aktivitas manusia. Klimatologi melibatkan pengumpulan dan interprestasi data yang diamati, maka klimatologiwan memerlukan dan bertumpu pada Teknik statistik dalam menurunkan informasi mengenai iklim (Prawirowardoyo, 1996).
2.2. Unsur-unsur Iklim dan Cuaca
Menurut BMKG (2017) cuaca adalah kondisi atmosfer sesaat di suatu tempat yang sempit dalam jangka pendek (beberapa menit sampai minggu). Iklim merupakan rata-rata cuaca jangka panjang (beberapa bulan sampai beberapa tahun). Waktu terjadinya iklim dapat berlangsung hingga bulanan,tiga bulan atau enam bulan. Parameter iklim sama halnya dengan parameter cuaca yang membedakan hanya tinjauan lokasi dan tinjauan waktunya. Unsur iklim dan cuaca diantaranya radiasi matahari, suhu, tekanan, angin, kelembaban, awan dan hujan.
Radiasi surya adalah energi matahari yang menjadi penyebab utama semua kegiatan maupun pergerakan di atmosfer. Penyebaran energi radiasi matahari di permukaan bumi merupakan factor terpenting sebagai pengendali cuaca dan iklim. Suhu merupakan kemampuan suatu benda dalam hal menerima atau memberikan panas. Suatu benda yang dipanaskan maka akan tejadi pergerakan molekul-molekul yang semakin intensif hingga muatan energi kinetisnya bertambah dan mengakibatkan suhu naik (Ariffin et al, 2010).
Tekanan menggambarkan gaya per satuan luas pada suatu ketinggian tertentu. Tekanan udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan menentukan kerapatan udara selain daripada suhu udara (Fadholi, 2013).
Angin merupakan udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan di permukaan bumi. Angin bergerak dari suatu daerah yang memiliki tekanan tinggi ke daerah yang memiliki tekanan tinggi ke daerah yang memiliki tekanan yang lebih rendah. Angin terjadi akibat adanya perbedaan penerimaan radiasi surya, sehingga mengakibatkan perbedaan suhu udara. Perbedaan suhu menyebabkan perbedaan tekanan yang akhirnya menimbulkan gerakan udara (Habibie et al, 2011).
Kelembaban nisbi ialah nilai nisbah antara uap air yang terkandung dan daya kandung maksimum uap air di udara pada suatu suhu dan tekanan tertentu, yang dinyatakan dalam persen. Kelembapan udara dalam pengamatan klimatologi dinyatakan sebagai kelembapan nisbi atau RH (Relative humadity) (Ariffin et al, 2010).
Tetes awan terbentuk pada aerosol yang berfungsi sebagai inti kondensasi atau inti pengembunan. Kecepatan pembentukan tetes tersebut ditentukan oleh banyaknya inti kondensasi. Proses dimana tetes air dari fasa uap terbentuk pada inti kondensasi disebut pengintian heterogen. Pembentukan tetes air dari fasa uap dalam suatu lingkungan murni yang memerlukan kondisi sangat jenuh (supersaturation) disebut pengintian homogen. Pengintian homogen yaitu pembekuan pada air murni hanya akan terjadi pada suhu dibawah -40 °C. Akan tetapi dengan keberadaan aerosol sebagai inti kondensasi maka pembekuan dapat terjadi pada suhu hanya beberapa derajat dibawah 0°C. Inti kondensasi adalah partikel padat atau cair yang dapat berupa debu, asap, belerang dioksida, garam laut (NaCl) atau benda mikroskopik lainnya yang bersifat higroskopis, dengan ukuran 0,001 - 10 mikrometer (BMKG, 2012).
Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu maupun tempat.  Sehingga kajian tentang iklim lebih banyak diarahkan pada hujan. Hujan adalah salah satu bentuk dari presipitasi.  Presipitasi adalah uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi (Sosrodarsono, 2006 dalam Hermawan, 2009).
Curah hujan didefinisikan sebagai tinggi air hujan (dalam mm) yang diterima di permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan atau perembesan ke dalam tanah.  Jumlah hari hujan dibatasi oleh jumlah hari dengan tinggi curah hujan 0,5 mm atau lebih.  Jumlah hari hujan dapat dinyatakan per minggu, dekade, bulan, tahun atau satu periode tanam sedangkan jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter (1 inci = 25,4 mm). Jumlah curah hujan 1 mm, menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan bumi 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer (Handoko,1993 dalam Hermawan, 2009).
Suhu dapat diartikan sebagai kemampuan benda dalam menerima atau melepas panas yang memiliki satuan suhu berupa derajat suhu yang biasanya dinyatakan dengan Fahrenhit (oF), Celcius (oC), Reamur (oR) dan Kelvin (oK). Pengukuran suhu udara untuk kepentingan Klimatologi harus terhindar dari beberapa macam gangguan baik yang bersifat lokal maupun hal lain yang dapat mengurangi kemurnian suhu atmosfer. Beberapa gangguan yang harus dihindari diantaranya pengaruh radiasi matahari langsung dan pemantulannya oleh benda-benda di sekitarnya, gangguan tetesan air hujan, tiupan angin yang terlalu kuat, pengaruh lokal gradien suhu tanah akibat pemanasan dan pendinginan permukaan tanah setempat  Usaha yang dilakukan untuk mengatasi gangguan tersebut ialah dengan menempatkan alat pengukur suhu dalam suatu tempat yang disebut dengan sangkar cuaca atau biasa dinamakan “Stevenson Screen”, “Instrument Shelter” atau “Thermometer Shelter” (Ariffin dkk, 2010).
2.3. Hubungan Klimatologi Dengan Bidang Lain
Klimatologi berkaitan dengan bidang pertanian disebut Klimatologi Pertanian yang mempelajari tentang hubungan antara proses-proses fisik di atmosfer (unsur-unsur cuaca) dan proses produksi pertanian yang mencakup produksi tanaman. Klimatologi pertanian ialah untuk memhami dan mengkaji proses-proses yang terjadi pada perubahan lingkungan fisik disekitar organisme pertanian akibat perkembangan organisme tersebut serta dampak perubahannya bagi organisme itu sendiri (Ariffin dkk, 2010).
Perubahan iklim diakibatkan oleh meningkatnya suhu udara di bumi tentu cukup menguatirkan bagi kehidupan manusia. Dampak naiknya suhu air laut memberikan dampak pengaruh yang sangat kompleks terhadap berbagai aspek kelautan termasuk perikanan. Dalam 10 tahun terahir paras laut menignkat setinggi 0,1-0,3 m, jika hal ini terus berlangsung maka hutan mangrove, estuary dan daerah rawa yang terdapat dikawasan pesisir akan semakin berkurang luasnya sehingga tingkat produktifitas perairan juga akan semakin menurun serta akan mempengaruhi kehidupan biota laut yang berasosiasi dengan ekosistem pesisir (Syahailatua, 2008).
2.4. Alat-alat Klimatologi
Klimatologi memiliki berbagai macam alat yang digunakan untuk mengukur unsur-unsur cuaca dan iklim. Beberapa alat-alat klimatologi adalah sebagai berikut :
Campbell Stokes Recorder merupakan salah satu contoh alat Klimatologi yang memiliki 2 komponen utama, yaitu bola kaca berdiameter 10 cm yang berfungsi sebagai lensa cembung, dan kertas pias. Bola kaca akan mengumpulkan cahaya matahari pada titik fokusnya, dan pada titik fokusnya terdapat sebuah lempengan baja dengan ukuran lebar kira-kira 10 cm tempat meletakkan kertas pias. Saat sinar matahari yang terkumpulkan tersebut memiliki kekuatan lebih dari 120 W/m2 maka akan membakar kertas pias sehingga meninggalkan jejak-jejak terbakar. Jejak-jejak terbakar berkaitan dengan lama waktu penyinaran matahari yaitu semakin panjang jejaknya maka semakin lama juga penyinaran insolasi. Jejak terbakar pada kertas pias dapat berupa lubang panjang/ pendek, terputus-putus, atau bintik terbakar (Hamdi, 2014).
Kondisi lingkungan yang ada disekitar kita dipengaruhi oleh pergerakan udara. Udara yang bergerak (angin) dengan kecepatan tertentu dapat diketahui besarnya dengan alat pengukur kecepatan angin yaitu Anemometer. Anemometer yang digunakan pada stasiun pengamatan cuaca adalah Anemometer jenis cup counter yang menerapkan metode mekanik dalam pengukurannya. Anemometer akan menyebabkan putaran pada piring bercelah. Putaran piring bercelah yang dideteksi oleh pemantau cahaya akan menghasilkan besar kecepatan angin pada analogmeter (Jumini dkk, 2014).


BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
            Kunjungan dilakukan oleh mahasiswa ke Kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas 1 Banjarbaru  yang terletak pada 3°27'42" LS dan 114°50'27" BT pada tanggal 17 November 2017. Kegiatan bertempat didalam maupun diluar ruangan kantor.
3.2. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
No.
Nama Alat
Fungsi
1
Buku
Untuk mencatat hasil praktikum
2
Pulpen
Sebagai alat tulis untuk mencatat di buku
3
Kamera
Untuk mendokumentasikan kegiatan
1.3.            Prosedur Praktikum
Prosedur kerja dalam praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut :
  1. Kegiatan diawali dengan penjelasan materi tentang iklim dan cuaca secara umum yang diberikan oleh tim pemandu dari BMKG kelas 1 Banjarbaru yang dilakukan di dalam ruangan.
  2. Kegiatan berlanjut diluar ruangan mengenai pengenalan jenis-jenis dan metode kerja peralatan pengukuran parameter iklim dan cuaca serta cara kerja dari peralatan tersebut yang dipandu oleh tim pemandu dari BMKG Kelas 1 Banjarbaru.
  3. Mencatat dan mendokumentasikan hal-hal penting mengenai jenis-jenis dan metode kerja peralatan pada saat didemonstrasikan.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.            Pengukuran Parameter Radiasi Matahari
4.1.1.      Gun Bellani
Gambar 4.1. Gun Bellani
Gun Bellani adalah alat yang digunakan untuk mengukur total radiasi matahari selama satu hari sejak matahari terbit hingga terbenam. Gun bellani terdiri dari sensor yang berbentuk bulat hitam yang berisi air dan dihubungkan dengan buret yang  berskala millimeter. Radiasi yang akan diterima oleh sensor akan membuat sensor menjadi panas sehingga zat cair yang ada dalam sensor menguap. Uap yang ada pada sensor akan mengkondensasi dibagian bawah tabung buret. Pengamatan dilakukan dengan membaca jumlah air yang terkondensasi pada tabung buret, kemudian alat dibalik sehingga air yang terdapat pada alat akan masuk ke dalam sensor. Alat dibalik kembali sehingga sensor berada di atas dan air berada pada bola hitam dibagian bawah. Zat cair yang tumpah kedalam buret dibaca sebagai skala awal kemudian alat diletakkan kembali kedalam silinder pelindung.
Gun Bellani tidak boleh terlalu lama diangkat ke permukaan karena akan berpengaruh pada hasul pencatatan. Ketika memasang alat saat pagi hari gun bellani dibalik sampai cairan yang ada di tabung buret tertampung semua di bola hitam sehingga cairan mendekati nol. Gun bellani dikembalikan ke posisi normal berdiri tegak lurus dan dipasang di tempat semula.
4.1.2.      Campbell- Stokes
Gambar 4.2. Campbell-Stokes
Alat ini digunakan untuk mengukur lamanya penyinaran matahari dengan menggunakan kertas pias yang dipasang pada alat tersebut. Kertas pias digunakan untuk merekam sinar matahari yang terpancar dengan melihat banyaknya kertas pias yang terbakar. Bahan pada kertas pias yakni terbuat dari karton sehingga mudah terbakar saat terkena paparan sinar matahari. Kertas pias memiliki bentuk yang bermacam-macam tegantung pemakaiannya ada yang berbentuk lengkung panjang, lurus dan lengkung pendek. Penggunaan kertas pias yang berbeda bentuk menyesuaikan dengan letak kedudukan matahari pada suatu saat dengan kedudukan alat yang dipasang sehingga dapat merekam seluruh lintasan matahari.
Saat sinar matahari datang dan terfokud pada kertas pias maka akan membakar dan meninggalkan berkaas pada pias. Durasi total penyinaran matahari cerah sepanjang siang hari didapatkan dengan mengukur panjang total dari berkas pada pias. Terdapat berbagai macam bentuk kertas pias sesuai dengan fungsinya. Bentuknya ialah lengkung panjang, lurus dan lengkung pendek. Penggunaan kertas pias yang berbeda-beda bentuk ialah untuk menyesuaikan letak kedudukan matahari pada sutau saat dengan kedudukan alat yang dipasang, sehingga lintasan sinar matahari dapat direkam dengan sempurna oleh kertas pias tersebut.

4.1.3.      Actinograph
Gambar 4.3. Actinograph
            Alat ini berfungsi untuk mengukur total intensitas dari radiasi matahari secara langsung. Pengukuran radiasi matahari digunakan untuk mengetahui total intensitas radiasi yang jatuh ke permukaan bumi baik yang langsung maupun yang dibaurkan oleh atmosfer. Actinograph bekerja menggunakan prinsip perbedaan suhu antar 2 strip parallel bimetallic ber cat putih dan 2 strip bimetallic ber cat hitam. Actinograph dilengkapi kertas grafik, jam mekanik dan nivo.
Komponen – komponen actinograph :
  1. Sensor terdiri dari strip bimetal yang bercat hitam dan putih.
  2. Mekanik pembesar
  3. Plat pengatur bimetal
  4. Drum clock/silinder berpusat yang dilengkapi dengan kertas pias
  5. Glass dome (bulatan bola gelas), menstramisikan 90% energi elektromagnetik
  6. Tangkai dan pena pencatat
  7. Pengatur atau perata-rata air
  8. Kontainer silica gel, menyerap uap air agar tidak terjadi kondensasi pada permukaan glass dome
  9. Bagian dasar
  10. Penutup atau cover
Prinsip kerja actinograph adalah perbedaan panjang akibat adanya perbedaan temperature. Bimetal diatur sehingga bila kedua lempengan logam berada pada temperature yang sama maka pena akan menunjukkan angka nol.
4.2.             Pengukuran Parameter Temperatur
4.2.1.      Thermometer Bola Basah dan Thermometer Bola Kering

Thermometer Bola Kering

Thermometer Bola Basah
Gambar 4.4. Thermometer Bola Basah dan Thermometer Bola Kering
Thermometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu atau perubahan suhu. Thermometer awal mulanya ditemukan oleh Galileo Galilei seorang astronom, filsuf bahkan fisikawan yang juga berperan dalam teori ilmiah. Ahli astronomi dan ahli ilmu alam telah mencoba menciptakan alat untuk mengukur suhu sampai pada akhirnya Galileo Galilei mampu menciptakan alat pengukuran thermometer dengan pemuain udara yang disebut termoskop. Termoskop tergolong alat yang sederhana namun telah mampu mengukur temperature secara kasar, dari penemuan tersebut dikembangkan penemuan tentang thermometer.
            Thermometer bola basah dan bola kering merupakan salah satu jenis thermometer yang digunakan untuk mengukur suhu dengan menggunakan bola basah dan bola kering. Thermometer bola basah berupa bola air raksa yang dibungkus dengan menggunakan kain basah sehingga dapat diukur suhu saturasi atau titik jenuh yang diperlukan untuk berkondensasi. Thermometer ini terdiri atas suatu tandon yang berbentuk bola dari gelas dan bersambung dengan tabung kecil yang diameternya lebih kecil daripada bola tersebut dan terbuat dari gelas Terlihat pada gambar diatas, terdapat air dibotol yang digunakan untuk membasahi bola basah agar selalu basah. Thermometer bola kering digunakan untuk mengukur suhu udara aktual yang terjadi dengan menggunakan bola kering tanpa diberikan tabung berisi air.
Kedua thermometer ini menggunakan air raksa untuk mengisi tandon yang ada pada tabung. Saat suhu meningkat, air raksa akan mengembang dan panjang kolom air raksa akan bertambah di dalam tabung sedangkan jika suhu menurun maka air raksa akan mengerut dan kolom air raksa di dalam tabung akan memendek. Thermometer ini harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk menghasilkan hubungan antara panjang kolom air raksa dan suhu sehingga panjang kolom air raksa dapat langsung dinyatakan dengan satuan suhu.
4.2.2.      Thermometer Maksimum dan Thermometer Minimum

Thermometer Maksimum

Thermometer Minimum
Gambar 4.5. Thermometer Maksimum dan Thermometer Minimum
            Thermometer maksimum dan thermometer minimum digunakan untuk mengukur suhu maksimum dan suhu minimum pada suatu wilayah. Thermometer maksimum ditunjukkan dengan panah berwarna hitam yang merupakan thermometer untuk mengukur suhu maksimum disuatu wilayah dalam kurun waktu satu hari. Suhu maksimum pada suatu wilayah biasanya terjadi sekitar pukul 14.00 WITA namun dilakukan pembacaan pada pukul 20.00 WITA untuk menghindari terjadinya perubahan indeks suhu.
Thermometer minimum digunakan untuk mengukur suhu minimum suatu wilayah dalam kurun waktu satu hari. Pada thermometer minimum menggunakan alkohol untuk melakukan pengukuran, ini dikarenakan alkohol memiliki titik beku rendah sehingga cocok untuk pengukuran suhu minimum. Suhu minimum suatu wilayah terjadi pada pukul 04.00 WITA namun dilakukan pembacaan thermometer pada pukul 08.00 WITA. Thermometer minimum dan thermometer maksimum menggunakan indeks (penghalang) didalam nya. Indeks pada kedua thermometer ini tidak berubah jika telah mencapai suhu minimum maupun suhu maksimum.
4.2.3.      Sangkar Meteorologi
 
Gambar 4.6. Sangkar Meteorologi
            Pengukuran suhu dilakukan dengan berhati-hati sehingga tidak mengurangi kemurnian suhu atmosfer yang diukur. Gangguan yang harus dihindari diantaranya, pengaruh radiasi matahari secara langsung, gangguan tetesan air hujan, tiupan angin yang terlalu kuat dan sebagainya. Gangguan tersebut dapat diatasi dengan menempatkan alat pengukur suhu pada suatu tempat yang disebut sangkar. Sangkar untuk menempatkan thermometer dibuat dari bahan yang tidak menyerap radiasi matahari dalam hal ini digunakan kayu  dan dicat putih. Ke empat sisi pada sangkar berupa kisi -kisi rangkap dana tap pada sangkar dibuat rangkap dua serta lantainya dibuat dari papan.
Sangkar dipasang dengan dua pintu pada bagian selatan dan utara hal ini bertujuan agar pada saat dibuka thermometer tidak langsung terkena radiasi matahari saat dilakukan pengamatan. Peralatan yang terdapat didalam sangkar cuaca sebaiknya tidak terlalu banyak karena akan mempengaruhi kondisi atmosfer didalamnya. Sangkar ditempatkan diatas suatu standar berbentuk persegi yang tingginya telah diatur sehingga bola pada thermometer yang dipasang di dalam sangkar berada 120 cm di atas permukaan tanah.
4.2.4.      Thermometer Tanah Berumput dan Tanah Tidak Berumput
 
Gambar 4.7. Thermometer Tanah Berumput dan Tanah Tidak Berumput
Thermometer tanah berumput dan tanah tidak berumput memiliki prinsip yang sama dengan thermometer sebelumnya yaitu untuk mengukur suhu. Thermometer ini untuk mengukur suhu tanah dengan cara memasukkan thermometer kedalam tanah sesuai kedalaman yang dikehendaki. Pengukuran suhu tanah memiliki berbagai macam kedalaman untuk memberikan perbandingan yakni pada ketinggian 0, 5, 10, 20, 30, 50 dan 100 cm dari permukaan tanah.
4.2.5.      Thermometer Apung
Gambar 4.8. Thermometer Apung
Thermometer jenis ini terdapat pada panci penguapan yang digunakan untuk mengukur suhu permukaan air yang terjadi pada permukaan tanah. Pada thermometer ini terdapat thermometer minimum dan thermometer maksimum. Letak thermometer harus terapung tepat di atas permukaan air. Pada thermometer ini terdapat pelampung yang biasanya terbuat dari alumunium agar thermometer tetap terapung di atas permukaan air.
 


4.3. Pengukuran Parameter Curah Hujan
4.3.1.      Penakar Hujan Tipe Hellman
Gambar 4.9. Penakar Hujan Tipe Hellman
            Penakar tipe hujan Hellman yaitu penakar hujan dengan system perekam data curah hujan secara otomatis. Hasil pencatatan berupa grafik yang disebabkan gerakan turun naik nya pena yang terdapat di dalam alat ini. Alat penakar hujan tipe rekaman seperti ini dapat mencatat lebih lengkap dan teliti karena jumlah curah hujan yang diketahui dan jumlah hari hujan serta lamanya hujan dalam satu hari. Pada kertas pias yang digunakan untuk mencatat curah hujan tercantum jumlah dan waktu hujan. Penakar hujan tipe Hellman memiliki daya tampung air sebesar 20 mm.
            Prinsip kerja alat ini adalah saat hujan turun maka air akan masuk kedalam tabung yang berpelampung melalui corong yang ada dibagian dalam lalu air tersebut mengakibatkan pelampung beserta tangkainya naik ke atas. Terdapat tangkai pena pada tangkai pelampung yang bergerak mengikuti tangkai pelampung. Tangkai pena  berfungsi untuk menggores pias yang diletakkan pada silinder jam yang dapat berputar dengan sendirinya. Penunjukkan pena pada pias sesuai jumlah volume air yang masuk ke tabung, jika pena telah menunjuk angka pada 10 mm maka air otomatis akan keluar dari tabung melalui gelas siphon yang bentuknya melengkung.


4.3.2.      Penakar Hujan Tipe Ombrometer
Gambar 4.10. Penakar Hujan Tipe Ombrometer
            Ombrometer ditemukan pertama kali oleh Thomas Alva Edison. Penakar hujan tipe ombrometer merupakan jenis penakar hujan yang banyak digunakan pada stasiun Klimatologi yang terdiri dari corong sebagai alat penampung air hujan. Corong pada alat ini berukuran 100 cm2 dengan garis tengah yaitu 11,3 cm. pada ombrometer air dhujan ditampung secara kolektif  yang dapat diketahui dengan membuka kran kemudian air diukur dengan menggunakan gelas ukur.
            Prosedur penggunaan ombrometer adalah sebagai berikut :
  1. Pengamatan biasanya dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 08.00 waktu setempat atau pada jam-jam tertentu
  2. Buka gembok yang ada pada ombrometer lalu letakkan gelas penakar hujan dibawah kran kemudian buka kran agar air tertampung di gelas penakar
  3. Tutup kran jika curah hujan telah mendekati skala 25 mm dan lakukan pencatatan. Kemudian lanjutkan pengukuran hingga air yang berada didalam ombrometer habis dan lakukan pencatatan
d.      Kesalahan parallax dapat dihindari dengan pembacaan gelas penakar yang dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.
e.       Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala maka diambil garis terdekat dengan dasar meniskus tadi
  1. Jika terdapat meniskus yang berada di pertengahan antara dua garis skala maka diambil ke angka ganjil.
4.3.3.      Evaporimeter (Panci Penguapan) Manual

                             Gambar 4.11. Evaporimeter (Panci Penguapan) Manual
Evaporimeter (panci penguapan) manual adalah evaporimeter yang mengukur penguapan secara manual. Evaporimeter digunakan untuk mengukur suatu penguapan yang terjadi dalam waktu satu hari dengan air berisi setinggi 20 cm. Prinsip evaporimeter adalah menunjukkan nilai penguapan yang terjadi pada suatu genangan air bersih di atmosfer terbuka. Penggunaan evaporimeter digunakan untuk mengikuti perubahan cuaca terutama terhadap radiasi matahari setiap harinya. Perhitungan melalui evaporimeter adalah dengan cara menambah atau mengurangi volume air yang terdapat pada permukaan air selalu tetap seimbang dengan ujung paku penunjuk (fixed point gauge).
Bagian-bagian dari evaporimeter :
1.      Panci Bundar Besar, berbentuk bulat dengan diameter 120,7 cm dan tinggi 25 cm terbuat dari pelat logam tembaga atau logam monel
2.      Still Well, alat ini dipasang untuk memperhatikan keseimbangan permukaan air terhadap ujung paku dalam tabung perendam riak (Still Well Cylinde). Tabung ini berukuran setinggi 30 cm berdiameter 10 cm serta terdapat celah sempit pada bagian bawahnya.
3.      Hook Gauge, berguna untuk mengukur perubahan tinggi suatu permukaan air dalam panci. Terdiri dari sebuah batang yang berskala dan sebuah skrup berada pada batang tersebut yang digunakan sebagai pengatur, letak ujung alat berupa pancing sampai tepat menyentuh pada permukaan air panci.
4.      Thermometer Apung, pada panci penguapan digunakan untuk mengukur suhu permukaan air yang terjadi pada permukaan tanah.
Evaporimeter memiliki kelemahan yaitu apabila terjadi hujan lebat minimal 54 ml, air akan tumpah sehingga besarnya penguapan yang terjadi tidak dapat diukur. Evapometri merupakan alat pengukur penguapan yang terbuka sehingga dapat terjadi gangguan oleh debu, binatang serta percikan air hujan sehingga alat ini dirasa kurang teliti kebenarannya.
Penempatan evapometri ada tiga cara, yaitu :
  1. Ditanam di tanah sehingga bagian besar dari panic berada di bawah permukaan tanah dan permukaan airnya berada pada atau sedikit di bawah permukaan tanah.
  2. Di atas tanah. Letak evaporimeter sedikit di atas tanah
  3. Mengapung pada permukaan danau dengan menempatkannya pada pelampung yang berjangkar.
4.3.4.      Still Well
Gambar 4.12. Still Well
Still well berupa bejana yang terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki, dimana tiap kaki terdapat sebuah skrup untuk menyetel/ mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal. Bejana digunakan selain untuk tempat meletakkan hook gauge, juga membuat air dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan air pada panci, sehingga penyetelan ujung pancing dapat lebih mudah dilakukan.
4.3.5.      Evaporimeter (Panci Penguapan) Otomatis
 
Gambar 4.13. Evaporimeter (Panci Penguapan) Otomatis
Evaporimeter (Panci Penguapan) otomati ini memiliki fungsi yang sama dengan evaporimeter manual hanya saja pencatatan datanya dilakukan secara otomatis. Fungsi dari pondasi kayu pada bagian bawah panci adalah untuk menjaga bagian bawah panci agar tetap kering selama musim hujan. Dan juga dapat memudahkan pemeriksaan jika terjadi kebocoran pada panci. Evaporimeter adalah alat yang mengukur kadar penguapan yang terjadi selama 24 jam, maka pengamatan penguapan menggunakan evaporimeter otomatis sangat membantu. Data yang didapat akan langsung dikirim ke computer sehingga akan tampil data sesuai pengamatan oleh evaporimeter otomatis.
4.4.            Pengukuran Parameter Kelembaban Udara
4.4.1. Cup Counter Anemometer
Gambar. 4.14. Cup Counter Anemometer
Cup counter anemometer adalah alat yang dugunakan untuk mengukur kecepatan angin, yang terdiri dari baling-baling mangkok dengan jari-jari yang sama dan berpusat pada sumbu vertikal. Baling-baling pada cup counter anemometer akan berputar saat angin bertiup dari satu arah dan jika putaran angin semakin kencang maka putaran baling-baling juga akan semakin cepat yang akan berpengaruh pada hasil pencatatan angin. Cup counter anemometer dipasang pada ketinggian yang berbeda-beda yakni dengan ketinggian 0,5 meter. Mengetahui kecepatan angin pada periode waktu tertentu dilakukan dengan mengurangi hasil pembacaan pada angka counter saat pengamatan dengan hasil pembacaan sebelumnya, kemudian dibagi dengan periode waktu pengamatan.
4.4.2. Automatic Rain Water Sampler (ARWS)
 
Gambar 4.15. Automatic Rain Water Sampler (ARWS)

Automatic Rain Water Sampler digunakan untuk mengambil sampel air hujan yang selanjutnya akan diukur komponen kimia dari air hujan. Peralatan sensor yang dipakai pada alat ini sangat peka, saat hujan turun maka motor penggerak  akan membuka tutup peralatan pengumpul sampel air hujan secara otomatis yang kemudian sampel air hujan dialirkan melalui selang ke botol plastik yang berbahan dasar polyethylene. Sensor ini akan menutup secara otomatis selama tidak ada periode hujan (saat hujan berhenti) yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah terkontaminasinya sampel air hujan oleh polutan yang terbawa saat periode endapan kering (dry deposition) seperti debu yang dibawa oleh angin.

 



4.4.3. High Volume Sampler
   
Gambar 4.16. High Volume Sampler
High volume sampler merupakan salah satu alat klimatologi yang berfungsi untuk mengukur kelembaban udara. Alat ini berfungsi untuk mengambil sampel Suspened Particulate Monitor (SPM). Prinsip kerja alat ini adalah saat udara yang mengandung pertikel debu di hisap melalui kertas filter dengan menngunakan motor putaran kecepatan tinggi. Debu yang telah diputar akan menempel pada kertas filter dan akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas filter tersebut ditimbang baik sebelum maupun sesudah digunakan. Catat flowrate dan waktu lamanya sampling sehingga didapatkan konsentrasi dbu tersebut.
4.5.             Pengukuran Parameter Terintegrasi
4.5.1.      Radar Cuaca
Gambar 4.17. Radar Cuaca
presipitasi sehingga dapat mendeteksi kuat /lemahnya suatu fenomena cuaca. Radar cuaca mampu mendeteksi kandungan partikel air dan es di dalam atau dibawah awan yang sangat mungkin untuk jatuh sebagai hujan.
4.5.2.      Automatic Weather System (AWS)
Automatic Weather System (AWS) merupakan alat klimatologi yang digunakan untuk mengukur dan mencatat unsur cuaca secara otomatis. AWS dilengkapi sensor yang akan merekam data setiap 10 menit pada alat Lodger kemudian dari Lodger dipindahkan dan di edit ke PC Computer program AWS. Data yang telah tercatat pada computer akan diarsipkan. Alat ini dapat mengamati dan mencatat unsur-unsur cuaca yaitu suhu udara, suhu tanah dengan kedalaman 10 cm dan 20 cm, kelembaban udara, titik embun, tekanan udara, arah dan kecepatan angin, curah hujan dan radiasi matahari.


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Alat-alat klimatologi yang berkaitan dengan cuaca dan iklim memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan parameternya. Alat pengukuran parameter radiasi matahari diantaranya Gun Bellani, Campbell-Stokes, Actinograph. Alat pengukuran parameter suhu diantaranya Thermometer Bola Basah, Thermometer Bola Kering, Thermometer Apung, Thermometer Maksimum, Thermometer Minimum. Alat pengukuran parameter curah hujan contohnya penakar hujan tipe Ombrometer, penakar hujan tipe Hellman sedangkan alat pengukur parameter kelembapan udara diantaranya Cup Counter Anemometer dan Automatic Rain Water Sampler (ARWS). Alat pengukuran parameter yang terintegrasi contohnya Radar Cuaca dan Automatic Weather System (AWS).
Fungsi pada peralatan klimatologi sebagai parameter iklim dan cuaca berbeda-beda sesuai dengan bidangnya dan memiliki kelebihan serta kekurangan dari masing-masing alat. Actinograph berfungsi untuk mengukur total intensitas dari radiasi matahari secara langsung berbeda halnya dengan Campbell-Stokes yang digunakan untuk mengukur lamanya penyinaran matahari dengan menggunakan kertas pias yang dipasang pada alat tersebut. Penakar tipe hujan Hellman yaitu penakar hujan dengan sistem perekam data curah hujan secara otomatis. Thermometer maksimum dan thermometer minimum digunakan untuk mengukur suhu maksimum dan suhu minimum pada suatu wilayah dengan jangka waktu tertentu. Radar cuaca adala peralatan yang didesain khusus untuk menentukan lokasi presipitasi sehingga dapat mendeteksi kuat /lemahnya suatu fenomena cuaca . Automatic Weather System (AWS) merupakan alat klimatologi yang digunakan untuk mengukur dan mencatat unsur cuaca secara otomatis
5.2. Saran

            Praktikan menyarankan pada praktikum selanjutnya komunikasi antar praktikan lebih ditingkatkan dan kelengkapan data mengenai alat-alat Klimatologi yang diperkenalkan agar lebih lengkap sehingga tidak terjadi perbedaan jumlah antar sesama praktikan.


DAFTAR PUSTAKA
Ariffin, Bahri S, Sulistiono R, Haryono D, Suminarti EN, Herlina N, Azizah N. 2010. Modul Praktikum Klimatologi. http://bahanajarbp. files.com/ 2010/03/modul-praktikum-klimatologi1.pdf (Diakses 17 November 2017).

Fadholi, A. 2012. (BMKG) Fenomena-fenomena Alam. http://www.fisikanet. lipi.go.id/utama.cgi?fenomena&1352896307 (Diakses tanggal 5 Desember 2017).

Habibie, N.M. dkk. 2011. Kajian Potensi Energi Angin Di Wilayah Sulawesi Dan Maluku. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. http://202.90.199.54/ jmg/index.php/ jmg/article/ download/ 99/93 (Diakses tanggal 15 November 2017).

Hamdi, S. 2014. Mengenal Lama Penyinaran Matahari Sebagai Salah Satu Parameter Klimatologi. Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (Lapan). Vol. 15. No. 1 : 7-16. http://www. jurnal.lapan.go.id /index.php/ berita dirgantara/ article/download/2068/1878 (Diakses 26 November 2017).
                                  
Hermawan, E. 2009. Analisis Perilaku Curah Hujan Di Atas Kototabang  Saat Bulan Basah dan Bulan Kering. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA. http://eprints. uny.ac.id /12291/1/57 FisEddyHermawan2.pdf (Diakses tanggal 25 November 2017).

Jumini, S dan Holifah L. 2014. Menentukan Kondisi Lingkungan Berdasarkan Pengukuran Kecepatan Angin Dengan Anemometer Sederhana. Jurnal PPKM. Hal. 144-148. http://jurnalppkm.unsiq.ac.id/ index.php/ ppkm/article/ view  /17/18 (Diakses tanggal 26 November 2017).

Prawirowardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Syahailatua, A. 2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perikanan. Vol. 29. Nomor 2 : 25-32. http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxxiii(2)25-32.pdf. (Diakses tanggal 13 Desember 2017).

Tim Pemateri BMKG. 2017. Mengenal Unsur Cuaca, Iklim dan Prakiraan Curah Hujan. Stasiun Klimatologi Kelas 1. Banjarbaru



Komentar